"Enjoy Your Life Aja Dehh..." Part. 23



Diaspora Drama? Aahh Entahlah.. Sungguh Luar Binasa”
“Jika satu hal kebaikan bagi kemanusiaan masih kurang, tidakkah yang kurang itu –
Kemanusiaan itu sendiri?”
Oleh Aris Rasyid Setiadi

 
Saat penghitungan suara PEMILUWA IAIN Purwokerto semalam

Sebuah naskah biasa tanpa makna berguna, namun menjadi cerita suka duka..

Edisi spesial slurr, mari santuy dan jernihkan pikiran..
Selarut inikah aku mencari sedikit persamaan? Bahkan kurela naik gerbang kos saat pulang untuk mengetahui hasilnya? Bagaimana cerita suka-duka individu perlu dipahami secara bersama.
Standar dalam perpolitikan  memang? takkan pernah sama, terlebih pada bagaimana setiap kader yang menjadi politisi berada di kubangan aturan dan kekuasaan. Akan menjadi ruwet ketika melihat standar dan kemampuan setiap kader yang berbeda. Contohnya ada dua orang menilai sebuah makanan. Si A menanggap standar makanannya adalah nasi dan ikan, sedangkan si B standar makannya adalah nasi dan tempe. Hal tersebut dapat dipahami karena si A adalah seorang mandor dan si B adalah seorang buruh sehingga kemampuan membeli makanan mereka berbeda. Jadi? Terkadang jangan memaksakan dan menyamaratakan standar kita pada orang lain sebab itu belum tentu cocok. Standar yang sesuai kemampuan adalah hal penting yang harus dipertimbangkan.
Apa yang mendorong kita membangkitkan gairah kita, manusia-manusia bijak, apakah kita sebut itu” kehendak kepada kebulatan?” kehendak agar semua yang ada itu bisa dilogika: itulah yang aku sebut kehendak lain. Belum paham? Ayolah ini hanya sedikit analogi filsafat dari Zarathustra.
Demikian kehendak kemauan luar. Ia harus menjadi halus dan tunduk pada pikiran sebagai cermin dan pantulan dari pikiran. Itulah keseluruhan dari kehendak kita, kita manusia-manusia paling bijak: ialah kehendak untuk kuasa; dan itu tetap demikian bahkan bilamana kia berbicara tentang baik dan jahat dan tentang penilaian atas nilai-nilai.
Yang tidak tahu, yaitu rakyat - mereka bagaikan sungai yang diarungi perahu, dan dalam perahu itu duduk penilaian atau nilai-nilai, baik yang serius maupun menyamar.
Dan kehidupan mengatakan sendiri mengenai rahasia ‘hal ini’, :Lihatlah”, katanya. “Aku adalah yang harus mengatasi diri berulang-ulang.”
“Hanya di mana terdapat kehidupan, terdapat pula kehendak: bukan kehendak untuk hidup, tetapi – kuajarkan kepadamu – kehendak untuk kuasa!?
“Makhluk hidup menghargai banyak hal yang lebih tinggi daripada kehidupan itu sendiri; namun dari penilaian ini sendiri berkata – kehendak untuk kuasa!?”
Dan kita yang harus menjadi pencipta dalam kebaikan dan kejahatan, sungguh, kita mula-mula harus menjadi penghancur bahkan pelanggar nilai-nilai. Inilah kreatif kebaikan dari sang pencipta.
Marilah kita angkat suara, kita adalah sama-sama manusia paling bijak, bahkan jika berbicara itu pun buruk. Tetapi diam mungkin lebih buruk: semua kebenaran yang didiamkan akan menjadi beracun untuk wadahnya.
Biarlah segala yang memungkinkan bisa pecah melawan kebenaran-kebenaran kita bisa menjadi pecah. Karena masih banyak tatanan rumah yang harus dibangun. Benar bukan?
Sedikit mengutip lirik lagu Dance Monkey: “They say, ‘Oh my God, I see the way you shine.'” oleh Tones and I yang artinya "Mereka berkata’ Ya Tuhan, aku melihat caramu bersinar.’" Pandanganku lirik ini bisa sedikit menggambarkan bagaimana menyuguhkan cerita yang berbeda untuk kali ini.

Diaspora drama sungguh wah!!

Akhir tulisan, penulis mengucapkan selamat dan sukses selalu untuk yang terpilih semuanya, semoga bukan hanya menjadi amanah saja namun juga mampu mengajak kebenaran dan kebaikan yang mengenal nurani populer-populer itu.
Kini kebaikan sejati lahir dari para pemimpin yang mencoba mau mengayomi sejuta elemen di dalamnya, walau mungkin nanti belum termampukan sepenuhnya.
Salam hangat kawan, tetap bergandengan tangan. Terima kasih banyak wejangannya dan semoga membelajarkan.
          
  Mari suguhkan kopinya...


 

“Dan meski nilai-nilai tentang baik dan jahat akan terus berubah seiring berjalannya peradaban, maka tetap berkehendaklah untuk buruk dan baik karena itu akan menjadi nilai kebaikan suatu saat nanti.”



Komentar

Postingan Populer