"Enjoy Your Life Aja Dehh..." Part. 22
“Human Error? Aahh
Entahlah.. Oke Lupakan Saja”
“Jika
satu hal kebaikan bagi kemanusiaan masih kurang, tidakkah yang kurang itu –
Kemanusiaan
itu sendiri?”
Oleh Aris Rasyid Setiadi
Cerita sebelumnya part. 2: “Ketika
Kita Terjatuh? Aahh Entahlah.. Oke Lupakan Saja”
Cerita sebelumnya part. 3: “Hari
Ini Cukup Baperan? Aahh Entahlah.. Oke Lupakan Saja”
Cerita sebelumnya part. 4: “Pagi
Malu Tuk Menampakkan? Aahh Entahlah.. Oke Lupakan Saja”
Cerita sebelumnya part. 5: “Terburuk
di Saat Terpuruk? Aahh Entahlah.. Oke Lupakan Saja”
Cerita sebelumnya part. 6: “Sisi
Penerimaan tak Berada? Aahh Entahlah.. Oke Lupakan Saja”
Cerita sebelumnya part. 7: “Awal
Narasi 'Kado' Tuhan? Aahh Entahlah.. Oke Lupakan Saja”
Cerita sebelumnya part. 8: “Kau
Terlalu Maha Santuy? Aahh Entahlah.. Oke Lupakan Saja”
Cerita sebelumnya part. 9: “Ceritaku Tak Lagi Menyapa? Aahh Entahlah.. Oke Lupakan Saja”
Cerita sebelumnya part. 10: “1642 Hariku Terjarah? Aahh Entahlah.. Oke Lupakan Saja”
Cerita sebelumnya part. 11: “Pejuang Ketidakpastian? Aahh Entahlah.. Oke Lupakan Saja”
Cerita sebelumnya part. 12: “Elegansi Diri? Aahh Entahlah.. Oke Lupakan Saja”
Cerita sebelumnya part. 13: “Asertif Hanya Cara? Aahh Entahlah.. Oke Lupakan Saja”
Cerita sebelumnya part. 14: “Tirani Mayoritanisme? Aahh Entahlah.. Oke Lupakan Saja"
Cerita sebelumnya part. 15: “Aksa Simpul? Aahh Entahlah.. Oke Lupakan Saja"
Cerita sebelumnya part. 16: “Nothing is Perfect? Aahh Entahlah.. Oke Lupakan Saja”
Cerita sebelumnya part. 17: “A-Frame Manusia 3 in 1? Aahh Entahlah.. Oke Lupakan Saja”
Cerita sebelumnya part. 18:“Menyoal Diri Yang Unik? Aahh Entahlah.. Oke Lupakan Saja”
Cerita sebelumnya part. 19: “Jangan Hanya Mau Menang? Aahh Entahlah.. Oke Lupakan Saja”Cerita sebelumnya part. 18:“Menyoal Diri Yang Unik? Aahh Entahlah.. Oke Lupakan Saja”
Cerita sebelumnya part. 20: “Legowo? Aah Entahlah.. Oke Lupakan Saja”
Cerita sebelumnya part. 21: “Melebur Dosa Kecil? Aah Entahlah.. Oke Lupakan Saja”
Aku yang seenaknya sendiri, ya aku!! Terlebih dengan penantian diri yang sama saja dengan orang yang tidak memiliki aturan. Semua ucapan dan tindakan tidak hanya memikirkan keuntungan bagi diri sendiriku, tetapi juga orang lain. Namun saat ini hanya mimpi, penuh imajinasi yang menamparkan tuk berhajat tinggi.
Jika aku mau mengerti orang
lain, maka dia pun akan berusaha untuk mengertiku. Teorinya semudah itu, namun
aksinya tak seperti itu, melulu penuh intrik ini itu.
Terlebih ranah privasimu di
ganggu, bahkan kebijakan tercoreng penuh wagu. Apakah itu budayaku?
Suatu momen saat makan siang
dengan menyempatkan bertemu aktivis kecilku, kami ngobrol dan tersirat aku
mengatakan “Isu-isu tak pernah sederhana.”
Kataku
“Ya, bahkan cinta itu
terataskan asas ketidakpedulian.” Timpalnya
“Ingatkan!! Jika terjadi lagi
maka asas kepeduliannya telah terjual untuk kepentingannya.” Itulah pesan
penutup sesaat sebelum aktivis kecilku pergi rapat lagi.
Sebelum aku pulang..
“Pada titik inilah, sungguh aku masih perlu banyak
harus belajar.” Senyum lucuku.
“Membangun karakter itu perlahan-lahan, tetapi dapat dhancurkan dalam
kecepatan luar biasa.”
– Faith Baldwin
Komentar
Posting Komentar