"Enjoy Your Life Aja Dehh..." Part. 15
“Aksa Simpul? Aahh Entahlah.. Oke Lupakan Saja”
“Jika
satu hal kebaikan bagi kemanusiaan masih kurang, tidakkah yang kurang itu –
Kemanusiaan
itu sendiri?”
Oleh Aris Rasyid Setiadi
Cerita sebelumnya part. 2: “Ketika
Kita Terjatuh? Aahh Entahlah.. Oke Lupakan Saja”
Cerita sebelumnya part. 3: “Hari
Ini Cukup Baperan? Aahh Entahlah.. Oke Lupakan Saja”
Cerita sebelumnya part. 4: “Pagi
Malu Tuk Menampakkan? Aahh Entahlah.. Oke Lupakan Saja”
Cerita sebelumnya part. 5: “Terburuk
di Saat Terpuruk? Aahh Entahlah.. Oke Lupakan Saja”
Cerita sebelumnya part. 6: “Sisi
Penerimaan tak Berada? Aahh Entahlah.. Oke Lupakan Saja”
Cerita sebelumnya part. 7: “Awal
Narasi 'Kado' Tuhan? Aahh Entahlah.. Oke Lupakan Saja”
Cerita sebelumnya part. 8: “Kau
Terlalu Maha Santuy? Aahh Entahlah.. Oke Lupakan Saja”
Cerita sebelumnya part. 9: “Ceritaku Tak Lagi Menyapa? Aahh Entahlah.. Oke Lupakan Saja”
Cerita sebelumnya part. 10: “1642 Hariku Terjarah? Aahh Entahlah.. Oke Lupakan Saja”
Cerita sebelumnya part. 11: “Pejuang Ketidakpastian? Aahh Entahlah.. Oke Lupakan Saja”
Cerita sebelumnya part. 12: “Elegansi Diri? Aahh Entahlah.. Oke Lupakan Saja”
Cerita sebelumnya part. 13: “Asertif Hanya Cara? Aahh Entahlah.. Oke Lupakan Saja”
Cerita sebelumnya part. 14: “Tirani Mayoritanisme? Aahh Entahlah.. Oke Lupakan Saja"
Sesuatu tampak seperti konsep
baru?
Walau itu sebuah usang yang
tak terbarukan?
Pembelajaran yang ingin
kubagikan hari ini? tak ada, tak ada memang.. karena nantinya itu hanya akan sia-sia jikalau kita tak
memahamkan, terlebih melakukan.
Bukan perkara dia atau kamu,
atau bahkan mungkin aku. Ini tentang kita semua yang dalam sebuah sistem kehidupan.
Si pecundang atau si pemenang bahkan si pendiam. Setiap lini kehidupan kita
sebagai manusia itu menjadi primadona, walau terjalin sebuah ikatan tak resmi
dan stagnan tak berguna. Kini cobalah mengakar tuk bertanya dengan tentang kebahagiaan, maka akan kujawab dengan
berjuta makna cinta bermuka keresahan.
Sesuatu tampak seperti konsep
baru?
Kabar bahagia dari hujan hari
ini adalah tentang bagaimana kita mau dan mampu mewacanakan genangan air di
jalan ke sebuah hal yang diluar dari teks yang diberikan. Bergurulah pada
cerita-cerita lampau yang syarat akan kegagalan, dan atau mungkin saja dari
syarat penuh keberhasilan. Ingatkanlah, ini hanya sebatas makna penguatan saja,
bukan melebih-lebihkan sebagai sebuah kebanggaan. Terlebih terjerat dalam
konsep yang salah berkali-kali, perspekstif sama pertanda kemunduran.
Karena sejatinya kebanggaan
dan semacamnya itulah hanya bonus dari proses yang kita jalani dan bersamai.
Tentunya bersama Tuhan.
Apa dalam tampak? Dalam tampak
apa?
Diam terhenyak, tertampar diam
dalam keusangan
Walau itu sebuah usang yang
tak terbarukan kawan??
Cobalah dalam menjadikan ini
hal baru, sudut pandang baru, dan nantinya akan menjadi pencapaian yang baik
untuk sebuah perkembangan wawasan dan keilmuan kita. Bukan perkara mengulang
kabar berita, ini menyoal mengkontekskan cerita. Itu akan menjadi hal yang
sangat baik jika memang ada dan tercintakan oleh kita. Karena pada akhirnya ini
akan menjadi hal biasa jika mengulang teks yang sama untuk hal yang sama.
“Kita perlu memahamkan spirit pertumbuhan, bukan spirit usang yang
termodelkan.”
Komentar
Posting Komentar