Kanal Progresif: Menyoal Ekonomi Politik
Potret
Ekonomi (dan) Politik
“Sejak Perang Dingin, banyak sekali
institusi yang didirikan untuk membantu mengeluarkan negara berkembang dari
kemiskinan. Hal ini termasuk semuanya mulai dari kementerian pembangunan di
negara-negara kaya, institusi multilateral seperti World Bank dan PBB, serta
Lembaga Swadaya Masyarakat seperti Oxfam dan Christian Aid.”
Oleh:
Aris Rasyid Setiadi
Ekonomi
dalam Politik
Prinsip pengambilan
keputusan dalam ekonomi (efisiensi) sering atau bisa bertentangan dengan
pengambilan keputusan dalam politik. Hal ini menyebabkan dalam kondisi lingkungan
politik tertentu, mungkin saja terjadi interaksi antara keputusan ekonomi dan
politik. Hal ini mengingat masyarakat bukan hanya sebagai konsumen dan
produsen, melainkan juga sebagai warga negara dengan berbagai afiliasi
politiknya. Dengan kekuatan politiknya mereka tidak hanya dapat mengatur pasar,
melainkan dapat pula mengambil alih secara langsung sumber daya yang ada di
negaranya. Dalam kaitan ini, dapat dikatakan para ekonom hampir tidak bisa
melakukan prediksi ekonomi tanpa membuat prediksi tentang respons politik yang
mungkin bisa menghasilkan keputusan yang berbeda.
Demokrasi
dalam Keputusan Politik
Demokrasi? Antara Harapan dan Kenyataan..
Berbeda dengan
pengambilan keputusan dalam ekonomi yang cenderung berdasarkan efisiensi,
pengambilan keputusan politik lebih menekankan kesamaan antarpelaku politik
dalam mengambil keputusan. Di satu pihak pelaku politik terdiri dari para
politisi, partai politik, dan pemerintah, sedangkan di sisi lain rakyat sebagai
konstituen. Para politisi dan partai politik menawarkan berbagai program dan
ideologinya kepada rakyat. Rakyat yang menginginkan sesuatu menyalurkan
aspirasinya kepada para politisi dan partai politik.
Dalam kaitan itu, suatu keputusan politik didasarkan kepada
besarnya suara yang dibawa. Para pemimpin negara, para anggota parlemen,
gubernur, bupati, camat, dan kepala desa ditentukan berdasarkan perolehan
dukungan dari rakyat. Demikian pula memenangkan suara dalam pemilihan umum.
Dengan demikian, bisa
disimpulkan bahwa dalam politik atau para ahli ilmu politik selalu menganalisis
persoalan yang muncul semata-mata berdasarkan kalkulasi politis, yaitu berapa
suara rakyat yang dikantongi masing-masing pihak.
Ekonomi
Politik Ketergantungan
Teori pembangunan
konvensional (murni ekonomi) atau kemudian dikenal dengan teori modernisasi
pada dasarnya menjelaskan bahwa kemajuan atau keterbelakangan (development and underdevelopment) diukur
dari seberapa tinggi pertumbuhan ekonomi (economic
growth). Pertumbuhan ekonomi itu sendiri semata-mata disebabkan oleh
factor-faktor ekonomi. Pertumbuhan output
nasional (produk domestic, GNP) tergantung atau dipengaruhi oleh faktor-faktor
ekonomi, seperti jumlah penduduk, kapital, dan tanah yang tersedia. Namun dalam
kenyataannya, yang menentukan output nasional
sering kali bukan hanya faktor-faktor ekonomi seperti itu. Faktor-faktor
nonekonomi, yaitu sosial politik juga ikut menentukan jalannya pembangunan pada
suatu negara.
Dalam bahasa Eropa,
politik seakar kata dengan politea, poli, polish. Artinya, hal yang berkaitan
dengan keteraturan dan ketertiban. Selanjutnya, kata itu digunakan untuk
menyebut area yang suasananya idealis seperti itu, kota. Disebut Konstantinople
karena ia sebuah kota (poli) yang didirikan oleh raja Konstantine. Maka istilah
politik dan polisi, kalau kita kembali kepada arti harfiyah, selalu berasosiasi
dengan kota, ketertiban dan keteraturan. Politik menurut bahasa (dalam bahasa
Indonesia) berarti kebijaksanaan yang terkait dengan kekuasaan dan atau
pemerintahan negara. Tentu, kaitannya dengan ide di atas
adalah ketertiban dan keteraturan yang diciptakan dengan kebijaksanaan dalam
kekuasaan. Dengan kebijaksanaan maka politik terkait erat dengan misi dan
ideologi. Mengingat bahwa tabiat manusia itu menghendaki ketertiban,
keteraturan, dan juga kedamaian, maka politik berfungsi positif, setidaknya
dipahami sebagai sesuatu yang netral. Hal ini tergantung pada tujuan. Tetapi ia
bisa dikotori dan bisa dijaga kebersihannya; bisa dimanfaatkan seperti
menggalang kerukunan dan bisa dibuat mendatangkan petaka seperti menciptakan
konflik. Itu sebabnya ada ungkapan bahwa politik itu kotor, karena politik
menjadi wahana untuk saling menjatuhkan. Karena pada politik itu terlekat
kekuasaan, maka hasil apakah yang diperoleh dari perjuangan politik? Tergantung
pada motivasi perjuangannya.
Jalan
Keluar dengan Ekonomi Pembangunan?
Sebuah Prolog:
Runtuhnya Tembok Berlin dan hancurnya
komunisme di blok Soviet lama tidak diragukan merupakan salah satu katalis yang
paling signifikan bagi pertumbuhan ekonomi di seluruh dunia. Tampak jelas bahwa
ekonomi komando dari bekas Uni Soviet telah menekan pertumbuhan, membuat miskin
jutaan orang, dan menyebabkan orang Rusia kelaparan serta tanpa daya. Saat ini,
ketika negara-negara bekas komunis mulai merangkul pasar bebas, ekonomi mereka
melesat dengan cepat dan, meskipun beberapa orang terabaikan, jutaan orang
menjadi jauh lebih kaya.
Saat ini ekonomi global
bukan lagi semata-mata terdiri dari seperlima kaya dan empat perlima miskin.
Dunia baru terdiri dari seperlima ekonomi kaya; tiga per lima ekonomi yang
mulai bangkit; industrialisasi, dan mengejar dengan cepat; serta seperlima
ekonomi miskin. Ekonomi pembangunan sangat mengkhawatirkan keadaan dari
seperlima yang terakhir atau, menurut Paul Collier (salah satu pakar dunia di
bidang tersebut), bottom billion atau
‘miliaran terbawah.’
Apa yang membuat sebuah
negara kaya? Ada banyak teori mengenai sejumlah negara dapat begitu mudahnya
mengatasi kemiskinan sementara negara lain tetap terjebak di dalamnya. Sejumlah
negara berfokus pada iklim dan topografi wilayahnya, kedua hal itu dapat
membuat negara tersebut kesulitan bercocok tanam dan mengembangkan pertanian;
negara lain berfokus pada adat istiadat seperti sikap terhadap hak kepemilikan;
dan lainnya lagi pada keberhasilan atau kegagalan institusi politik dan sosial.
Bagi sejumlah negara, kekayaan atau kemiskinannya merupakan sebuah kecelakaan
sejarah; bagi lainnya, hal itu terkait dengan nasib.
Dan Tahukah Kita Apa Itu MDGs?
Millenium Development Goals; atau
(MDGs) adalah serangkaian delapan tujuan yang berfokus untuk memperbaiki
kondisi masyarakat yang tinggal di negara berkembang. Tujuan ini ditetapkan
oleh PBB pada tahun 2001, dan dimaksudkan untuk terpenuhi pada tahun 2015.
Namun, pada tahun 2009, lebih dari setengah jalan menuju tenggat waktu, para
anggota kampanye mengingatkan bahwa
kemajuannya terlalu lambat. Tujuan 1: Menghapuskan
kemiskinan dan kelaparan yang ekstrem. Tujuan
2: Mencapai tingkat pendidikan dasar universal. Tujuan 3: Mempromosikan kesetaraan gender dan memberdayakan wanita.
Tujuan 4: Mengurangi mortalitas
anak. Tujuan 5: Memperbaiki
kesehatan ibu. Tujuan 6: Melawan
HIV/AIDS, malaria, dan penyakit lainnya. Tujuan
7: Memastikan kelestarian lingkungan. Tujuan
8: Mengembangkan Global Partnership
for Development.
“’Bankir itu seperti orang yang memaksa
untuk meminjamkan payung kepadamu ketika matahari bersinar cerah, dan
memintanya kembali segera setelah hujan turun” – Mark Twain
Komentar
Posting Komentar