"Enjoy Your Life Aja Dehh..." Part. 7
“Awal Narasi 'Kado' Tuhan? Aahh Entahlah.. Oke Lupakan Saja”
“Jika satu hal kebaikan bagi kemanusiaan
masih kurang, tidakkah yang kurang itu –
Kemanusiaan itu sendiri?”
Oleh Aris Rasyid Setiadi
Sebuah naskah biasa tanpa makna berguna, namun menjadi
cerita suka duka..
Cerita
sebelumnya part. 1: “Menjalani Dengan atau Tanpa Senyuman? Aahh Entahlah.. Oke Lupakan Saja”
Cerita
sebelumnya part. 2: “Ketika Kita Terjatuh? Aahh Entahlah.. Oke Lupakan Saja”
Cerita
sebelumnya part. 3: “Hari Ini Cukup Baperan? Aahh Entahlah.. Oke Lupakan Saja”
Cerita
sebelumnya part. 4: “Pagi Malu Tuk Menampakkan? Aahh Entahlah.. Oke Lupakan Saja”
Cerita
sebelumnya part. 5: “Terburuk di Saat Terpuruk? Aahh Entahlah.. Oke Lupakan Saja”
Cerita
sebelumnya part. 6: “Sisi Penerimaan tak Berada? Aahh Entahlah.. Oke Lupakan Saja”
Tak harus bersedih terus, ada
kalanya tersenyumlah walau dunia tak berdamai selaras dengan apa yang namanya cinta.
Hari yang membuatku merasa deja vu
untuk satu hal, itu yang kuceritakan tadi siang memang, namun kini, malam ini khususnya
masih merasa sama saja, tak berbeda, hanya beberapa hal yang kembali hadir tuk
menguatkan senyuman. Dia atau kalian memang begitu, tanpa terima dan memberi
aku menjadi kuat kembali. Terima kasih.
“Hidup bebas memang mahal, ibarat emas di toko-toko
yang manusia dambakan”
“Aah entahlah”
“Oke, lupakan saja lagi, lagi dan entah sampai kapan lagi...”
Bergunalah untukku sebuah perjalanan yang
terhambat ini, Tuhan mengkadokan begitu istimewa tuk sejarah manis nanti..
Sedikit curahan perasaan yang terbentukan puisi, semoga menggambarkan diri:
Tetap lebarkan senyuman itu,
walau hati tak lagi menentu,
ibarat narasi yang tak berujung dalam
imajinasi penuh coretan ambigu,
Yaa..diriku sedang terisak pilu terjebak kenangan
pahit masa lalu,
selalu terbayang membiru langit kelabu,
memanggil air hujan deras mengalir terjangkau
tak mampu,
kaca kehidupan berkubang sendiri tak menentu,
hanya dengan sejarah tak bercerita inilah terasa
baik untuk nafas daku.
Purwokerto,
6 November 2019
Tak dilahirkan menjadi seperti khalayak umum memang menjadi bahan keunikan
sendiri bagiku, mensosialisasikan kebaikan yang istimewa ini memang butuh lebih
pemahaman. Bukan hanya sekedar toleransi pada orang lain namun juga terutama kepada
diri sendiri, itulah yang mungkin memang Tuhan awal 'kado' kan yang ingin aku rasa dan lakukan, pastikan berdamai dengan cerita manis dan cinta
humanis yang begitu analise.
“’Perkara benci atau cinta itu hal wajar, terima dan nikmati, itu bagian ‘bumbu’
hidup yang sejati”
Komentar
Posting Komentar