Ini Ceritaku, Mana Ceritamu??




"IMM di Pelupuk Sejarah, Cerita dan Harapan"

Mengapa engkau begitu bersemangat saat mendirikan rumahmu agar cepat selesai, sedangkan gedung untuk keperluan persyarikatan Muhammadiyah tidak engkau perhatikan dan tidak segera diselesaikan?
(KH Ahmad Dahlan)
Oleh : Aris Rasyid Setiadi

Saat Muktamar IMM XVIII di UMM, Rabu 1 Agustus 2018

Hari ini sungguh hari yang baik. Untukmu dan untukku. Aku mengerti dengan sebenar-benarnya bahwa aku mudah lupa, contohnya aku lupa cara mengucapkan maaf dan terima kasih, mengucapkan selamat kepada hal-hal berbau sejarah, malah justru orang lain yang melakukan. Jadi maaf untuk itu teman. Kini, tulisan ini akan mengingatkan suatu saat nanti tentang bagaimana sejarah hidupku dalam ikatan, bahkan setelah batu nisanku tertanam, tulisan ini akan tetap abadi dalam sejarah kenyataan.
Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah atau IMM bagiku sungguh luar biasa, tidak percaya? Mari mulai bergerilya...
Seperti yang kita ketahui bersama bahwa IMM lahir dan hadir didasari atas beberapa faktor problematis keummatan, yaitu sebagai berikut:
1.      Situasi kehidupan bangsa yang tidak stabil, pemerintahan yang otoriter dan serba tunggal, serta adanya ancaman komunisme di Indonesia.
2.      Terpecah belahnya umat Islam dalam bentuk saling curigaa dan fitnah, serta kehidupan politik ummat Islam yang semakin buruk.
3.      Terbingkai-bingkainya kehidupan kampus (mahasiswa) yang berorientasi pada kepentingan politik praktis.
4.      Melemahnya kehidupan beragama dalam bentuk merosotnya akhlak, dan semakin tumbuhnya materialism-individualisme.
5.      Sedikitnya pembinaan dan pendidikan agama dalam kampus, serta masih kuatnya kehidupan kampus yang sekuler.
6.      Masih membekasnya ketertindasan imperialisme penjajahan dalam bentuk keterbelakangan, kebodohan dan kemiskinan.
7.      Masih banyaknya praktik-praktik kehidupan yang serba bid’ah, khurafat, bahkan kesyirikan, serta semakin meningkatnya misionaris-kristenisasi.
8.      Kehidupan ekonomi, sosial, dan politik yang semakin memburuk.
Delapan hal tersebut sering kita baca dan dengan di berbagai buku dan media terkait dengan alasan lahirnya Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah atau IMM. Dan memang benar seperti itu kenyataan dan semangat spirit yang luar biasa dari para pendiri IMM dahulu.
Dengan Djazman Al-Kindi sebagai pencetus ide pembentukan IMM dan tokoh-tokoh pendiri lainnya seperti Margono, Sudibyo Markus, Rosyad Saleh, M. Arief, M. Amien Rais, Syamsu Hudaya Nurdin, Nurwijiwo Sarjono, M Z Suherman, M. Yasin, Sutrisno Muhdan, dll berhasil mendirikan IMM pada tanggal 29 Syawal 1384 Hijriyah atau 14 Maret 1963 Miladiyah dengan penandatanganan Piagam Pendirian Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah oleh Ketua PP Muhammadiyah saat itu, yakni KHA. Badawi. Resepsi peresmian IMM dilaksanakan di Gedung Dinoto Yogyakarta dengan penandatangan “Enam Penegasan IMM” oleh KHA. Badawi yang berbunyi:
·         Menegaskan bahwa IMM adalah gerakan mahasiswa Islam
·         Menegaskan bahwa Kepribadian Muhammadiyah adalah landasan perjuangan IMM
·         Menegaskan bahwa fungsi IMM adalah eksponen mahasiswa dalam Muhammadiyah
·         Menegaskan bahwa IMM adalah organisasi mahasiswa yang sah dengan mengindahkan segala hukum, undang-undang, peraturan, serta dasar dan falsafah negara
·         Menegaskan bahwa ilmu adalah amaliah dan amal adalah ilmiah
·         Menegaskan bahwa amal IMM adalah lillahi ta’ala dan senantiasa diabdikan untuk kepentingan rakyat 

Deklarasi Solo (Kota Barat), 5 Mei 1965

Kita berpendapat lahirnya IMM merupakan sebuah hal keniscayaan yang diharuskan lahir, karena memang kondisi dan situasi pada kala itu sangat-sangat memprihatinkan, dan di intern Muhammadiyah sendiri belum ada organisasi otonom atau disingkat ortom yang menaungi mahasiswa, sehingga terbentuklah IMM sebagai wadah berkegiatan kader-kader IMM. Itulah sejarah singkat terbentuknya IMM.

Sedikit Menyapa tuk Bercerita
Dunia mahasiswa tidak sama dengan dunia SMK, kok SMK? Iya aku dulu SMK maka dari itu aku nulis SMK. Hehe Dunia mahasiswa dalam hal kebebasan atmosfer lebih besar dan kuat, bebas bukan saja dalam hal seragam atau upacara, tetapi lebih daripada itu bebas menentukan prioritas dan jadwal kegiatan apa saja. Salah satu tanda seseorang mahasiswa mulai menapai jalan hidupnya yang ‘baru’ adalah ketika dia memilih dengan orang seperti apa dia berteman atau dengan organisasi apa yang dia pilih.
Ceritaku sebagai mahasiswa dimulai, aku masuk kampus ijo tahun 2015 lalu, yaa apalagi kalau bukan IAIN Purwokerto. Aku menjadi angkatan pertama IAIN Purwokerto. Disinilah ceritaku dimulai, dimana aku mulai bergabung IMM. Coba tebak aku bergabung IMM saat apa? saat Mahasiswa Baru atau MABA? Salah teman, aku masuk IMM itu saat semester 5. Haha. Heran? Aneh? Kini akupun  sama, tertawa terheran kenapa baru bisa masuk IMM semester 5?? entahlah, namun kini aku merasa ada alasan yang begitu jelas yang membahagiakan dan membuatku tersenyum lebar kenapa aku ‘tetap’ harus masuk IMM saat semester 5 kala itu. Flashback bentar yaaa... naah sebelum itu, kehidupanku dalam proses perkuliahan dari awal semester 1 sampai 3 hanya kuliah pulang presentasi nugas, dah gitu aja terus.  Saat dimulainya semester baru, semester 4, aku mencoba untuk merubah stagnansi itu, kucoba untuk masuk dalam ranah organisasi agar ada perkembangan diri minimal, dimulai dari masuk lembaga kemahasiswaan di kampus, yakni Himpunan Mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama Islam atau HMJ PAI tahun kepengurusan 2017-2018 dan di semester yang sama pula masuk ke IMBARA (Ikatan Mahasiswa Banjarnegara) IAIN Purwokerto yang baru berdiri secara resmi setelah melewati beberapa langkah yang luar biasa, di IMBARA ini aku diamanati sebagai pengurus di divisi pengkaderan dan keorganisasian, tentu, sampai kini aku masih ingat betul momen-momen semester 4 dan 5 ini yang mulai merubah semuanya menjadi begitu luar biasa yang aku rasakan sekarang. Jadi tidak ada yang namanya terlambat sebagai sebuah proses aku rasa.  
Perlahan sampai yang aku ‘punyai’ sekarang adalah sekuntum buah manis dari proses itu, begitu luar biasa, aku bisa memperluas cara pandang, mendapat relasi, mulai belajar apa itu softskill dan leadership  yang mana belum tentu didapatkan dalam bangku  perkuliahan, bagaimana caranya berdiaspora dalam kampus, menjadi tahu lebih mendalam kegiatan di kampus, dan hal yang lainnya. Dan dari IMM inilah aku mulai mendapatkannya.

Secercah ‘Pecahan Kaca’
Selama berproses di IMM dari tahun 2017 sampai sekarang, aku  melihat dan merasakan ada semacam keresahan dan kegelisahan yang dirasakan, misal tentang perkaderan  yang belum maksimal, informasi kegiatan yang kurang masif, pola pikir kader yang terkadang belum secara komprehensif, masih kurang banyak diskusi dan ngopi, ikatan yang belum terikat, daya juang yang masih naik turun, dan tentang kesadaran dalam diri masing-masing sebagai kader IMM, semuanya menjadi secercah ‘pecahan kaca’ yang aku maksud.

Saatnya Melangkah...
Hari demi hari berlalu, bulan demi bulan datang menghampiri dengan berbagai permasalahan, kita harus optimis dan yakin bahwa bisa memperbaiki dan membuat lebih baik lagi ikatan ini, mungkin dengan pendekatan secara intens kepada kader-kader yang dirasa berkepentingan dalam hal-hal diatas, mencoba membantu sebaik mungkin  dengan pemikiran dan tindakan yang menggembirakan.

Harapan untuk Ikatan
Tujuanku  terjun masuk ke IMM adalah ingin menjadi kader yang baik dan berguna untuk ikatan, Dah gitu aja, simpel memang tapi terkadang susah, tapi tak apa, aku tak akan lelah tuk melangkah!!! alasan utama lain ialah bagaimana aku mencoba mengaplikasikan semangat spirit berdirinya IMM pada masa lalu yang diceritakan di atas untuk menjadi dasar keyakinan sebagai kader dalam memperbaiki dan membuat lebih baik lagi, baik secara individu sebagai kader dan secara organisasi sebagai kelompok dengan penuh optimis akan keberhasilan IMM di masa mendatang. Dengan harapan inilah mari kita bersama-sama belajar terus apa itu maksud dan tujuan dari IMM, apa itu identitas IMM, apa itu Trilogi IMM (Keagamaan, Kemahasiswaan dan Kemasyarakatan), apa itu Trikompetensi IMM (Religiusitas, Intelektualitas dan Humanitas) dan  tentunya apa itu Nilai Dasar Ikatan.
Yang pasti saat ini dan nanti jasa IMM dalam proses kehidupanku sebagai mahasiswa begitu berharga dan selalu kukenang sampai nanti. Percayalah...  caranya? Mudah saja, salah satunya dengan tulisan ini. Benar bukan? waktulah yang akan membuktikan.
Dan..
Sebagai pengantar sebelum tidur sebagai pesan penyemangat, kukutipkan quotes dari salah satu IMMawan yang mengatakan seperti ini:
“Apa gunanya ikatan, jika setiap individu saling memisahkan.”

Semangat, Jaga Semangat selalu IMMawan-IMMawati se-Banyumas Raya sekalian!!
Jayalah .. Jaya... IMM Jaya...
Abadi perjuangan kami..

Komentar

Posting Komentar

Postingan Populer