Curhatan Tanpa Akhir


“Sebuah Ujung Tanpa Akhir”

Ibarat permisalan tanpa tercoret luka,
Tenang, tetesan air mata itu bersifat sementara.
Oleh Aris Rasyid Setiadi


            Bukannya aku tak paham bahwa insom sama nia eeh insomnia yang aku rasa hampir 4 tahun lebih ini adalah akibat dari habit aku sendiri. Ya, aku menjadi percaya bahwa teori yang aku baca dari buku CEO KOPLAK Gue Ogah Biasa, So Gue Kudu Gila!!!, bahwa kita akan menempuh “takdir” masing-masing dalam pola:
* Menabur pikiran memanen perbuatan
* Menabur perbuatan memanen kebiasaan
* Menabur kebiasaan memanen karakter
* Menabur karakter memanen takdir
            Dan kini aku sedang memanen takdir sebagai pengidap insomnia akibat pola hidup yang aku ciptakan sendiri. Yeeaahh, aku rasa semua kita bakal menuai takdir yang kita ciptakan!
            Tapi, kini insomnia dengan berbagai permasalahan yang semakin melangit sampai atap langit tembok tempat jejak-jejak cicak berkeliaran, aku mulai untuk tidak menyesalinya. ”Ben iso tetep fit tetep mlaku tetep dadi, aku kudu selalu usaha menciptakan “takdir lain” bahwa arep bubu jam pira bae, dalam 23 jam 59 menit aku kudu bubu 5 jam. Dan arep bubu jam pira pun, aku kudu iso sholat subuh!
            Haha yaah sing tenang guys, ini bukan tentang ideologi mulia, surga atau apapun itu, tapi semata dua mata ‘habit’. Jadi terkadang aku sangat bangga dengan insomnia ini. Haha.. Alasanku sederhana: (1) Aku jadi punya waktu lebih panjang, dan (2) Aku percaya bahwa hal-hal yang aku alami dari pagi sampai menjelang tidur termasuk tertawa bersama kawan-kawan, duduk ‘kandah’ tentang program kerja atau ghibah berfaedah, di banyak tempat, melihat tukang tape di jalanan, melihat tukang parkir di deretan toko mewah sampai berasa kawah bakal memperoleh “tempatnya” saat aku ditemani gemerincik aliran air sungai samping kamar kos yang berjalan bersama malam yang menua. Sembari ditemani secangkir sang hitam pekat yang selalu jujur akan rasa.
            Semua sepaket dan langsung ttd kontrak bahwa yang namanya ide bisa tanpa kenal sekat ruang dan waktu. Membelajari ini, sejak beberapa waktu dulu aku punya kebiasaan menuliskan ide-ide, atau apa pun yang akan dilakukan esok, lusa, atau bahkan bulan depan dan mungkin jadwal bayar tagihan, meeting, janjian, dan segalanya. Dikata sering, ide dan aktivitasku itu ada di MemoPad hpku!
            Seabrek tugas, wacana, dan kegalauan fikiran aku catat, tentu tidak semuanya bisa aku realisasikan dalam bentuk aksi. Tapi itu juga bukan berarti bahwa ide-ide itu bakal tidak terwujud ngga berguna.
Tidak. Katakan lagi Ya untuk Tidak.
            Aku lebih suka beralasan bahwa ide-ide itu sedang “menunggu” untuk dilahirkan, bukan untuk menjadi caci muka teman apalagi kenangan. Dan untuk menuju saat kelahiran ide itu, aku harus ”mengeraminya” lalu “buncit” setelahnya. Naah proses ini akan sangat baik di saat sedang sendirian di tengah malam gulita!
            Superstruktur, hegemoni, ekshibisme, ortodoksi dan ber(..)awan bersifat egalitarian, terstruktur, karitatif, untuk integrasi bahkan terpenjaranya sang marhaenis, “aahhh.. aku ngomong opo to?” malam memang luar biasa memberikan kedalamannya. Karenanya aku menganggap insomnia ini ‘penyakit’ selama itu beralasan baik.
Efeknya??
Ahh mencoba baik-baik saja selama kita paham akan kondisi diri kita sendiri. Gitu aja si?!! Haha. Jadi inilah sebuah ujung tanpa akhir yang aku maksud.
            So, thank’s God atas insom sama nia eeh insomnia ini, dengannya aku menjadi memiliki waktu lebih untuk lebih “hidup”. Hehe bisa lebih berfikir untuk menata sejuta permasalahan yang ada dengan bermiliar harapan jalan keluar yang (belum) ada, mulai mendewasakan diri lagi dengan tertawa seperti anak kecil di kala terjatuh, mulai tegar melangkah dikala bangun untuk berjalan, belajar polos akan makna kebaikan dan tentunya belajar mempunyai waktu yang baik untuk semua orang yang aku temui dan tentunya diriku sendiri. Akhirnya seperti status kontak whatsapp adikku yang di chat simpel dan begitu cuek yakni.. Bahagia dan Membahagiakan!!!

Komentar

Postingan Populer