"Enjoy Your Life Aja Dehh..." Part. 13
“Asertif Hanya Cara? Aahh Entahlah.. Oke Lupakan Saja”
“Jika
satu hal kebaikan bagi kemanusiaan masih kurang, tidakkah yang kurang itu –
Kemanusiaan
itu sendiri?”
Oleh Aris Rasyid Setiadi
Cerita sebelumnya part. 2: “Ketika
Kita Terjatuh? Aahh Entahlah.. Oke Lupakan Saja”
Cerita sebelumnya part. 3: “Hari
Ini Cukup Baperan? Aahh Entahlah.. Oke Lupakan Saja”
Cerita sebelumnya part. 4: “Pagi
Malu Tuk Menampakkan? Aahh Entahlah.. Oke Lupakan Saja”
Cerita sebelumnya part. 5: “Terburuk
di Saat Terpuruk? Aahh Entahlah.. Oke Lupakan Saja”
Cerita sebelumnya part. 6: “Sisi
Penerimaan tak Berada? Aahh Entahlah.. Oke Lupakan Saja”
Cerita sebelumnya part. 7: “Awal
Narasi 'Kado' Tuhan? Aahh Entahlah.. Oke Lupakan Saja”
Cerita sebelumnya part. 8: “Kau
Terlalu Maha Santuy? Aahh Entahlah.. Oke Lupakan Saja”
Cerita sebelumnya part. 9: “Ceritaku Tak Lagi Menyapa? Aahh Entahlah.. Oke Lupakan Saja”
Cerita sebelumnya part. 10: “1642 Hariku Terjarah? Aahh Entahlah.. Oke Lupakan Saja”
Cerita sebelumnya part. 11: “Pejuang Ketidakpastian? Aahh Entahlah.. Oke Lupakan Saja”
Cerita sebelumnya part. 12: “Elegansi Diri? Aahh Entahlah.. Oke Lupakan Saja”
Pagi
yang indah bukan, lebih kepada semalam ditemani setengah bulan yang nampak setia pada
bumi yang usang, terlebih di hari kebahagiaan ini Tuhan menetaskan teman-teman
seperjuangan 4 tahunku ini untuk keluar dari cangkang perkuliahan menuju dunia
baru yang penuh tawaran. Happy Graduations !!!
Semalam, di suatu momen aku mendapatkan
pencerahan, yaa mungkin walau dalam bentuk penyesuaian narasi
preposisi. Haha tepuk jidat aku, "ambyarr" ternyata memang kopiku kurang buket dan dolane kurang adoh.
Mengaitkan dan mengatakan
menjadi seperti apa tindak lanjutnya?
Perlu dikurangi atau tetap bermain?
Bermain (lagi) itu pilihan kolektif agar satu alur. Perlu dikurangi untuk wahana pembelajaran berkembang ke depan.
Pembelajaran hari ini adalah
bagaimana kita belajar untuk menerima dan tidak manipulatif dalam hal sebuah ‘rasa
tertandatangan’. Perlu diketahui bersama manipulatif bisa diartikan sebagai
bentuk pemberontakan yang dilakukan secara sembunyi-sembunyi. Berbeda dengan
sikap agresif yang cenderung ditonjolkan secara terang-terangan, sikap
manipulatif cenderung dilakukan secara sembunyi-sembunyi karena berbagai
pertimbangan.
Salah satu pertimbangannya
adalah si manipulator biasanya berada pada pihak yang rendah atau lemah. Namun,
inti dari manipulasi adalah mencapai tujuan tertentu untuk kepentingan si
manipulator. Manipulasi bak penjilat yang lebih mementingkan kepentingan
pribadi dan menghalalkan segala cara.
Kepura-puraan juga bisa
dimasukkan dalam kategori manipulasi kawan.
Risiko dari manipulasi adalah
jika ketahuan, orang lain tidak akan memercayainya lagi. Jadi jangan
sekali-kali memanipulasi orang lain untuk tujuan buruk tertentu agar tetap
dipecaya orang lain.
Jika seperti itu maka bisa
dipastikan hari kita akan berakhir dengan damai penuh cerita kesepahaman dan senyuman menghiasi wajah
cantik atau tampanmu itu kawan. Dan kabar baiknya berkawan dengan cinta Tuhan dalam benak lawan. Lakukanlah,
mulai menit ini dan esok pagi, sampai dunia tahu kita seorang yang hebat dalam etika moral!!
“Jika Anda memuji dengan tulus, maka menjadi
efektif. Jika Anda tidak tulus, itu manipulatif.” – Zig Ziglar
Komentar
Posting Komentar