"Enjoy Your Life Aja Dehh..." Part. 6
“Sisi Penerimaan
tak Berada? Aahh Entahlah.. Oke Lupakan Saja”
“Jika satu hal kebaikan bagi kemanusiaan
masih kurang, tidakkah yang kurang itu –
Kemanusiaan itu sendiri?”
Oleh Aris Rasyid Setiadi
Sebuah naskah biasa tanpa makna berguna, namun menjadi
cerita suka duka..
Cerita
sebelumnya part. 1: “Menjalani Dengan atau Tanpa Senyuman? Aahh Entahlah.. Oke Lupakan Saja”
Cerita
sebelumnya part. 2: “Ketika Kita Terjatuh? Aahh Entahlah.. Oke Lupakan Saja”
Cerita
sebelumnya part. 3: “Hari Ini Cukup Baperan? Aahh Entahlah.. Oke Lupakan Saja”
Cerita sebelumnya
part. 4: “Pagi Malu Tuk Menampakkan? Aahh Entahlah.. Oke Lupakan Saja”
Cerita
sebelumnya part. 5: “Terburuk di Saat Terpuruk? Aahh Entahlah.. Oke Lupakan Saja”
Hujan hanya sebentar? Berujung
pengharapan yang datang lalu tergantungkan? Aah Entahlah.. Oke Lupakan Saja.
Hari yang membuatku merasa deja vu untuk satu hal, yaa sama saja
tak ada hal yang terbelajarkan begitu serius. Semoga saja mulai besok akan
terseriuskan sembari berdo’a Tuhan kan memaklumi lagi.
“Tak menampik
aku begitu merindukan hal yang kau dapatkan, sesederhana itu saja”
“Aah entahlah”
“Oke, lupakan saja lagi, lagi dan lagi...”
Pagi ini sudah (mencoba) satu hal
melewati keterburukan hari, tinggal
memenuhi dan mencoba menyatukan kembali raga dan hati.
Selalu mencoba yang terbaik walau sepenuhnya
itu belumlah terbaik.
Pembelajaran hari ini adalah sebuah tekanan apa saja yang akan selalu hadir
dalam hari-hari kita itu adalah bentuk penerimaan, sebuah penerimaan tanpa
mencoba menjudge keadaan. Tekanan
dari luar diri akan menjadi siksa nurani, terlebih bagi kita yang belum bisa
mengelola emosi. Belajarlah dan belajar, terus belajar lebih, maka memang
itulah hakikatnya kita lahir dan hidup di dunia yang fana ini.
Penerimaan
Cobalah merumuskan sendiri kata itu. Kita akan memunculkan rumusan yang
berbeda, tergantung pada pengalaman pribadi dan cara pandang terhadap dunia.
Beberapa rumusan mungkin memiliki kemiripan, tetapi akan sedikit berbeda.
Penerimaan
akan bermakna jika bukan hanya sekedar kata “ya” saja, atau juga sekedar
anggukan pertanda mau, melainkan juga mencoba pasrah dan belajar lebih dalam
penerimaan yang tak “berada” itu.
Secara kontekstual atau sisi koin lain yang tak tersentuh. Pada
akhirnya kita akan perlahan menuju tujuan yang diakhirkan Tuhan dalam garis
takdir yang sedikit tertahan.
“ Persoalannya, katanya ’Apakah kita bisa melihat sesuatu yang baru dalam
sesuatu yang lama.’”
Komentar
Posting Komentar