"Enjoy Your Life Aja Dehh..." Part. 9
“Ceritaku Tak
Lagi Menyapa? Aahh Entahlah.. Oke Lupakan Saja”
“Jika satu hal kebaikan bagi kemanusiaan
masih kurang, tidakkah yang kurang itu –
Kemanusiaan itu sendiri?”
Oleh Aris Rasyid Setiadi
Sebuah naskah biasa tanpa makna berguna, namun menjadi
cerita suka duka..
Cerita
sebelumnya part. 2: “Ketika Kita
Terjatuh? Aahh Entahlah.. Oke Lupakan Saja”
Cerita
sebelumnya part. 3: “Hari Ini Cukup
Baperan? Aahh Entahlah.. Oke Lupakan Saja”
Cerita
sebelumnya part. 4: “Pagi Malu Tuk Menampakkan?
Aahh Entahlah.. Oke Lupakan Saja”
Cerita
sebelumnya part. 5: “Terburuk di Saat
Terpuruk? Aahh Entahlah.. Oke Lupakan Saja”
Cerita sebelumnya
part. 6: “Sisi Penerimaan
tak Berada? Aahh Entahlah.. Oke Lupakan Saja”
Cerita
sebelumnya part. 7: “Awal Narasi 'Kado' Tuhan? Aahh Entahlah.. Oke Lupakan Saja”
Cerita
sebelumnya part. 8: “Kau Terlalu Maha Santuy? Aahh Entahlah.. Oke Lupakan Saja”
Ya! Aku tak perlu lagi bercerita karena kau
paham bagaimana akan diriku..
Ibarat analogi atau majas hiperbola, aku ini mungkin seperti kertas yang
mudah tersobek, terbakar, terbawa angin kesana kemari, sering terlupakan bahkan
terbuang begitu saja saat tidak dibutuhkan. Itulah aku, ya itu aku, atau malah
kamu?
Kertasku kini berisi sebatas garis-garis level hidup yang tak menahu lagi
untuk apa, bahkan goresan tintaku sendiri terlihat bingung dan tak lagi
terlihat walau tetap berjalan mencoba tuk menulis cerita hidup, hidupku..
‘Pena Kehidupan’ memang kadang berat, berat hati tuk mengucap, berat kaki tuk melangkah, dan berat diri tuk bercerita di kertas itu (lagi). Bukan karena ego terlebih karena cinta monyet fana, melainkan rasa yang kualami sama, kegelisahan yang sama, setiap hari, seperempat hari sampai setiap detik per menit. Esensinya sama namun mengapa tak selesai saja??
‘Pena Kehidupan’ memang kadang berat, berat hati tuk mengucap, berat kaki tuk melangkah, dan berat diri tuk bercerita di kertas itu (lagi). Bukan karena ego terlebih karena cinta monyet fana, melainkan rasa yang kualami sama, kegelisahan yang sama, setiap hari, seperempat hari sampai setiap detik per menit. Esensinya sama namun mengapa tak selesai saja??
Bisakah sehari ini atau esok saja aku bisa tenangkan diri, terlebih untuk
hati yang tak kunjung berdamai walau seorang diri. Untuk melanjutkan menggarap
persoalan rumus hidup yang semakin rumit nan tinggi.
Kini..
Kini..
Sudah dua cangkir kopi kuhabiskan hari ini, tepatnya pagi tadi, sampai kini
entah mengapa kurasa menambah rasa ‘pahit’ saja. Rasanya Ambyarr.. dan semakin
menjadi. ‘Huft, perkara ini semakin rumit dikala pikiran bagai diketuk palu hakim
beribu-ribu kali.’ Jenuhku
Menjalani hari dengan berat hati terkadang membuat kita tak mudah bersemangat, lesu, lunglai, diri seakan seperti robot yang berwajah datar, bahkan tak sampai sarapan atau makan siang, terlebih ditambah merasa nyaman atas pelukan pulau kapuk. Terjerat mimpi yang dalam realitas pasrah namun angan masih melangit? Pantaskah masih? Masih pantaskah? Tamparkan saja pipiku yang kurus itu agar aku sadar!!
Menjalani hari dengan berat hati terkadang membuat kita tak mudah bersemangat, lesu, lunglai, diri seakan seperti robot yang berwajah datar, bahkan tak sampai sarapan atau makan siang, terlebih ditambah merasa nyaman atas pelukan pulau kapuk. Terjerat mimpi yang dalam realitas pasrah namun angan masih melangit? Pantaskah masih? Masih pantaskah? Tamparkan saja pipiku yang kurus itu agar aku sadar!!
Senyumanku hari ini seolah tak berguna atau hanya sekedar berdrama, menyapa
beribu manusia dalam ruang lingkup yang sama. Perlahan semakin matahari malu
tuk menampakkan, seiring juga dalam cerita berulang-ulang kan kurasa, hanya
diam, diam, dan tak tahu mengapa hanya diam sepanjang hari.
Yaa wajar, namun akan kelewatan saat dua-tiga hari seperti itu. Sama saja
hidup dalam ketidakhidupan yang Tuhan berikan.
Mungkin kalau sudah menjadi sebuah buku kurasa ‘hal’ ini akan menjadi buku Best Seller karyaku saja. haha yaa terlebih karena banyak yang membaca karena isinya itu-itu saja dan terulang sama dari kata pengantar sampai halaman akhir.
Mungkin kalau sudah menjadi sebuah buku kurasa ‘hal’ ini akan menjadi buku Best Seller karyaku saja. haha yaa terlebih karena banyak yang membaca karena isinya itu-itu saja dan terulang sama dari kata pengantar sampai halaman akhir.
Progress, ya harus ada progress, itu ris!!
“Apakah itu masih berguna untukmu Ris?” coba tanyakan itu kepadaku saat bertemu.
“’Diaspora fana untuk cerita yang tak lagi menyapa”
Komentar
Posting Komentar