"Enjoy Your Life Aja Dehh..." Part. 10



“1642 Hariku Terjarah? Aahh Entahlah.. Oke Lupakan Saja”


“Jika satu hal kebaikan bagi kemanusiaan masih kurang, tidakkah yang kurang itu –

Kemanusiaan itu sendiri?”

Oleh Aris Rasyid Setiadi 





Sebuah naskah biasa tanpa makna berguna, namun menjadi cerita suka duka..










         
Trapped .. but there is no reason why you stopped walking
 
            Pressure dalam pikiran yang begitu mendalam, menjadi menyalahkan diri sendiri seolah salah secara hakiki. Itulah yang aku atau kau dapatkan sehari dua hari ini?

            Pernah terpikirkan secara radikal akan hal di atas kawan? Sampai mengakar akan analisa-analisa pertanyaan dan kemungkinan dari seribu permisalan. Hidup dalam kehidupan tampak mati jika tak bernafaskan kekuatan. Perspektif negatif akan selalu hadir bahkan dalam kehidupan yang dinilai bersahabat dengan kita. Nilai kewajaran akan muncul, namun selamanya menjadi ‘keengganan’ tuk berjalan sepaham.

            Diaspora kaum-kaum ‘wah’ semakin terasa dalam setiap aspek lini kehidupan, semakin membuka akan adanya sistem sempurna dalam teori-teori beratus tahun lalu. Manusia terstigma dalam hal yang sama, diidentikan dalam kontrol sosial yang diarahkan sebuah kebenaran dalam narasi-narasi bak dari Tuhan.

Suprastruktur menghegemoni, kebebasan kini seolah mati suri, bahkan mungkin tak pernah kembali, sampai perwakilan Tuhan turun membenahi. Namun itulah.. akhir. Ya akhir dari kehancuran.

Penaku berkata akan sebuah sejarah opini nyata...


            Kebohongan Pena

            Ranting kehidupan mulai berguguran

            Nampaklah ranggas kekuatan sang Tuhan

            Daku memeluk diri, berdamai ketakutan dalam senyuman

            Menapak cerita tak kunjung usai dalam tuk sebuah alasan

            Terpola krisis moral dan prinsip kelemahan

            Bumi kini membungkuk pasrah bak daun berjatuhan

            Seolah memang menjemput takdir kematian

Yakinkan tuan bersama Tuhan?

 Purwokerto, 13 November 2019


Mental dan afeksi yang bermuka baik seolah saling membersamai walau beda cerita diri. Mereka akan selalu menjadi lumbung dasar yang tak pernah diperdengarkan oleh media-media diri. Terdrama oleh pengarahan-pengarahan kaum kapitalis grade atas bahwa diri tak hidup lagi, hanya hidup dalam ketidakhidupan itu sendiri. Baiknya bagi dia, manusia termakan akan hal itu, palu hakim civitas seolah tak terdengar tuk keadilan, kepala wadah seolah tak terdengar tuk kemajuan, tikus-tikus kota tak terdengar tuk kebaikan, dan kebaikan kini seolah hidup dalam kematian.


Pahamkan (lagi) dan dewasalah nak, kau perlu mendewasakan lagi ini semua.


“’Diaspora nyata untuk cerita yang menampar penindas”




Komentar

Postingan Populer