"Enjoy Your Life Aja Dehh.." Part. 1



“Menjalani Dengan atau Tanpa Senyuman? Aahh Entahlah.. Oke Lupakan Saja”

“Jika satu hal kebaikan bagi kemanusiaan masih kurang, tidakkah yang kurang itu –
Kemanusiaan itu sendiri?”
Oleh Aris Rasyid Setiadi




Sebuah naskah biasa tanpa makna berguna, namun menjadi cerita suka duka..
            Ada kalanya kita cemas bahwa ketika kenangan, mimpi, pertanyaan, dan cita-cita yang benak kita tidak terbatas dan tak terpuaskan pada hal-hal apapun bahkan pernyataan fakta sekalipun. Setuju atau sedelapan kita semua hampir sepakat untuk itu. Eeh stop stop!! Ada yang janggal? Oh yaa ini adalah kutipan di artikel lawas yang berjudul “Menakar Pernyataan dalam Pertanyaan?” bukan? hahaha yaya tak apa, namun ini bukan berbicara hal yang sama yang sedang kuresahkan, hampir mirip sebenarnya memang, mungkin cuma sedikit butuh penguatan lebih, ya aku rasa seperti itu. Yang pasti aku butuh...
“Menjalani dengan atau tanpa senyuman?”
“hmm..”
“Oke, lupakan saja...”
Tetapi ego baikku yang selalu mencoba melindungi berkata, “Tentu saja mengukur kegelisahan manusia, siapa bisa? Kita paling hanya bisa berusaha “menyentuh hati” agar bisa tenang, tentu dengan cara-cara yang fair.”


“Hal itu, sesungguhnya, begitu penting.”

Waah! Mari kita berhenti sebentar untuk menenangkan diri. Tenang, dan pelan... pelan sekali, hingga akhirnya berhenti. Apa maksudnya?
            Kalau kata Friedrich Nietzsche dalam buku Zarathustra “Selalu saja ada orang berlebih di dekatku,” kata seorang pertapa. “Selalu yang pertama itu satu, tapi lambat laun akan menjadi dua!” Maksudnya? Akan ada aku dan diriku selalu terlihat dalam percakapan yang sangat jujur. Tidak bisa dibayangkan bagaimana bisa bertahan apabila keduanya tidak bersahabat?
            Bagi pertapa seorang sahabat selalu orang ketiga. Orang ketiga adalah pelampung yang bisa mencegah percakapan kedua pihak tidak tenggelam dalam kedalaman. Itulah alasannya mengapa para pertapa amat merindukan seorang sahabat beserta ketinggian budinya.


            Di dua minggu ini beragam cerita dialami, seakan terpisah antara raga dan hati.

Oke, we are a team! Team mate!

Aku terbagi menjadi; raga dan hati ibarat sapu lidi, meski ada lidi-lidi besar namun sebesar apapun lidi-lidi itu, sapu lidi itu tidak pernah sanggup membersihkan halaman rumah jika tidak dibersamai oleh lidi-lidi kecil.
            Jadi, ketika belum mampu menempatkan diri sebagai bagian dari sapu lidi itu, diri ini akan berkata “Terima kasih atas dedikasi selama ini, aku hargai itu, tapi aku berharap besar untuk merangkul tanganku untuk semua manusia atau hati itu.”
Tidak mudah memang menjadi orang yang berpikiran minimalis dalam sebuah hal sekalipun, hal-hal tak baik menghujani kita tanpa henti, menyampaikan bahwa pesan sukses diukur dari hal kesempurnaan tanpa pembelajaran. Semua frasa ini hendak mengatakan bahwa semakin banyak kita seperti itu, semakin mencapai kesempurnaan, semakin kita bahagia. Padahal, semakin banyak seperti itu, semakin repotlah itu, bahkan semakin banyak pula hutang dan minimnya pemahaman sejati akan diri kita.

 
 “Setiap karya kebaikan bagaikan sebuah bintang yang cahayanya akan terus-menerus berjalan tiada henti.”

Komentar

Postingan Populer