Kanal Progresif : Bapak Etika Islam: Ibn Miskawaih

"Ibn Miskawaih, Sang Filsuf Etika Islam"
“Jika satu hal kebaikan bagi kemanusiaan masih kurang, tidakkah yang kurang itu –
Kemanusiaan itu sendiri?”
Oleh Aris Rasyid Setiadi


Mencoba menulis, walau belum tentu paham..

Ibn Miskawaih bernama lengkap Abu Ali al-Khazib Ahmad ibn Ya'qub ibn Miskawaih. Banyak yang dipelajarinya seperti, tabib (ilmu kedokteran), ilmuwan, sastrawan bahkan sejarawan, namun ia lebih memusatkan perhatiannya pada etika Islam. Ibn Miskawaih jugalah yang mula-mula mengemukakan teori etika sekaligus menulis buku-buku tentang etika. Maka dari itulah dia memperoleh sebutan "Bapak Etika Islam". Ia lahir pada tahun 320 H/932 M di Rayy dan meninggal di Istafhan pada tanggal 9 Shafar tahun 412 H/16Februari 1030 M.
Pemikiran Ibn Miskawaih tidak dapat dilepaskan dari konsepnya tentang manusia dan akhlak (terutama dalam pendidikan). Konsep manusia adalah daya bernafsu (an-nafs al-bahimmiyyat) sebagai daya terendah, daya berani (an-nafs as-sabu’iyyat) sebagai daya pertengahan, daya berpikir (an-nafsan-nathiqat) sebagai daya tertinggi.
Moral, etika atau akhlak dalam pandangan Ibn Miskawaih adalah sikap mental yang mengandung daya dorong untuk berbuat tanpa berfikir dan pertimbangan. Sikap mental sendiri terbagi menjadi dua yaitu yang berasal dari watak dan yang berasal dari kebiasaan dan latihan.
Adapun inti yang dibicarakan dalam kajian akhlak atau etika adalah tentang kebaikan (al-khair), kebahagiaan (as-sa’adah) dan keutamaan (al-fadha’il).
Mari kita sedikit mengenal Dasar-Dasar Etika Menurut Ibn Miskawaih:
1. Unsur-Unsur Etika
Disini Ibn Miskawaih mencoba mempertemukan ajaran syari'at Islam dengan teori-teori etika dalam filsafat, dimana sebelumnya mempertemukan banyak teori etika dalam filsafat yang teori-teori ini berasal pada filsafat Yunani, peradaban Persia, ajaran Syari'at Islam dan pengalaman pribadinya.
2. Keutamaan atau Fadilah
Ada 4 keutamaan jiwa terdiri dari syahwiyah (nafsu syahwat), sabu'iyah, natiqah dan yang terakhir adalah keutamaan jiwa yang bermartabat yang pada akhirnya 4 keutamaan ini sebagai pengetahuan dan bersatunya dengan Akal.
3. Kebahagiaan atau Sa'adah
Kebahagiaan tertinggi menurutnya lahir dari kebijaksanaan yang menghimpun dari dua aspek, aspek teoritis dan aspek praktis. Disini dia menekankan sebagai makhluk sosial sebagai usaha mencapai kebahagiaan dengan dasar syari'at yang memberikan petunjuk untuk menjadi kebijaksanaan tadi.
4. Cinta atau Mahabah
Cinta menurutnya terbagi menjadi dua; Kepada Allah dan kepada manusia. Cinta kepada Allah adalah cinta yang nilai tingginya akan tetapi hanya dapat dicapai oleh sedikit orang. Dan cinta kepada sesama manusia dianalogikan kesamaan antara cinta anak kepada orangtua dan cinta murid kepada guru.

Mengapa disebut sebagai bapak etika Islam? Mudahnya sudah disebutkan di awal cerita, selain merumuskan 4 dasar-dasar etika di atas, Ibnu Miskawaih juga telah merumuskan dasar-dasar etika di dalam kitabnya yang bernama "Tahdzib Al-Akhlak Wa Tathir Al-A’raq". Selain kitab tersebut, masih ada beberapa kitab Ibnu Miskawaih yang juga membahas tentang pendidikan etika dan akhlak seperti Tartib "Al-Sa’adah, Al-Siyar", kitab "Tartib Al-Sa'adaat" yang membahas etika dan politik dan kitab-kitab yang lain yang sangat banyak, namun pada intinya fokus kajian dari Ibn Miskawaih adalah tentang etika.

Dan yang paling menarik bagiku adalah bagaimana Ibn Miskawaih memandang filsafat politik, dimana penguasa, negara dengan agama diibaratkan saudara kembar atau dua sisi mata uang yang sama, yang tidak dapat sempurna tanpa yang lain. Pemimpin yang berkuasa berkewajiban menjaga tegaknya agama, sedangkan pemimpin yang melampaui batas kewenangannya akan mengakibatkan kerusakan dan sengsara sehingga diperlukannya agama sebatas batas etika dalam berfilsafat politik.

Menjadi sebuah pencerahan beretika dalam kehidupan dengan dimulai membaca pemikiran-pemikiran sang 'Filsuf Etika Islam' ini.

Komentar

Postingan Populer