Kanal Progresif : Agama Konghucu
"Mengenal Agama Konghucu"
“Religionswissenchaft”
Oleh Aris Rasyid Setiadi
Sumber: snarg.net |
Setelah mengenal lebih jauh sejarah Agama Majusi, Agama Yahudi, Agama Nasrani, Agama Brahma dan Hindu, Agama Buddha dan Agama Islam. Maka selanjutnya di bagian terakhir ini kita masuk untuk mengenal Agama Konghucu dengan sejarah dan perjalanannya sampai saat ini yang masih bersumber sama dari buku Studi Agama Suatu Pengantar dari Syarif Hidayatullah. Lebih menarik lagi bukan? mari seduh kopinya dan mulai membaca
Agama Konghucu
Khongcu atau Khonghucu yang artinya “guru Khong” dilahirkan pada 551 SM di desa Ching Ping, kota Coo Iep, negeri Lo (sekarang Qufu, propinsi Shandong) ketika Raja muda Lo Siang Kong berkuasa pada usia 22 tahun, dan pada masa pemerintahan Kaisar Ciu Ling Ong dari Dinasti Ciu. Riwayat hidup Khonghucu yang rinci terdapat di dalam kitab Shi Chi bab 47 atau Kitan Catatan-catatan Sejarah karya Ssuma Chi’en. Di dalam kitab ini diceritakan bahwa leluhurnya termasuk keluarga bangsawan penguasa negeri Song, yang merupakan keturunan raja-raja Dinasti Siang, suatu dinasti yang berkuasa sebelum Dinasti Ciu. Karena terjadi kekacauan politik, leluhurnya kehilangan kedudukan kebangsawanannya dan pindah ke negeri Lo.
Pada masa mudanya, Khingcu hidup dalam suasana prihatin karena ayahnya yang bernama Khong Siok Liang Hut telah meninggal dunia sejak ia berusia 3 tahun. Ia dibesarkan oleh ibunya dalam kehidupan yang sederhana. Dalam usia 19 tahun, Khongcu menikah dengan seorang gadis dari keluarga Kian Kwan dari negeri Song, dan tak lama kemudian ia mulai bekerja sebagai pengawas pertanian pada kepala keluarga bangsawan besar Kwi Sun. Setahun setelah menikah, Khongcu mendapat seorang putera yang diberi nama Li alias Pik Gi. Li berarti ikan gurami, sebagai peringatan atas pemberian seekor ikan gurami oleh Rajamuda Lo Ciau Kong, Raja Muda Negeri Lo, ketika upacara genap satu bulan usia sang bayi. Putera Khongcu satu-satunya ini ternyata tidak secemerlang ayahnya. Namun anaknya (cucu Khongcu) yang bernama Khiep alias Cu Su kelak menjadi penerus ajaran kakeknya. Cu Su menulis kitab Tiong Yong atau Chung Yung yang menjadi salah satu dari kitab Nan Empat (Su Si) yang merupakan Kitab Suci Kaum Konfusianis.
Sukses menangani masalah pertanian, selanjutnya Khongcu diberi tugas menjadi pengawas peternakan. Tugas baru ini pun dilaksanakan dengan baik sehingga dalam waktu singkat masalah-masalah dapat diatasi dengan baik, dan pternakan keluarga bangsawan Kwi Sun maju pesat. Tatkala usia Khongcu mencapai 26 tahun, ibunya meninggal dunia. Karena mengikuti adat pada zaman itu, maka jenazah ayahnya dimakamkan di tempat pemakaman sementara di tepi jalan Ngo Hu. Hal ini dimaksudkan untuk menanti Kongcu cukup dewasa untuk melakukan kewajiban pemakaman orang tuanya. Ketika ibunya meninggal, jenasah kedua orang tuanya dimakamkan bersama-sama di bukit Hong atau Hong San. Sehubungan dengan kematian ibunya, Khongcu meletakkan jabatannya untuk melaksanakan perkabungan selama 3 tahun. Sejak melewati masa perkabungan Khongcu kembali bekerja. Sejak itulah nama Khongcu mulai dikenal sebagai orang yang bijak, dan ia mulai menerima pengikut atau murid. Maka jadilah ia sebagai guru perorangan di China.
Khongcu sangat menyukai musik dan juga berbakat. Sewaktu berumur 29 tahun Khongcu belajar musik pada guru musik termasyhur, Su Siang. Ketika Khongcu berumur 30 tahun, atas usaha dua muridnya, yang merupakan putera keluarga bangsawan besar Bing Tiong Sun bernama Lamking Kingsiok dan Bing I Cu, Khongcu mendapat bantuan dari Raja Muda Lo bernama Ciau Kong untuk mengunjungi kota Lok Yang, ibukota Dinasti Ciu. Dengan diiringi kedua muridnya, Khongu mengunjungi kota Lok Yang untuk mempelajari lebih lanjut peradaban Dinasti Ciu. Di kota inilah Khoncu bertemu dengan guru besar musik Tiang Hong dan pengurus perpustakaan kerajaan, Loo Cuu alias Loo Tan (Lao Tzu alias Lao Tan). Pertemuan dan dialog dengan Loo Cu inilah yang sangat populer dan menjadi legendaris.
Pada waktu Khongcu berusia 35 tahun, di negeri Lo terjadi kekacauan politik karena perseteruan Rajamuda Ciau dengan para kepala keluarga bangsawan besar. Karena kalah perang, maka Rajamuda Ciau lari dan minta suaka politik ke negeri Cee. Khongcu ikut mengungsi ke negeri Cee selama setahun. Lalu ia pulang kembali ke negeri Lo dan menggunakan waktunya untuk mengajar murid-muridnya. Khongcu menola tawaran jabatan dari Yang Ho, seorang menteri keluarga Kwi yang berhasil merebut kekuasaan Rajamuda Ciau. Jabatan kembali bersedia diemban oleh Khongcu setelah Rajamuda Ting, putera Rajamuda Ciau, berhasil mendapatkan kembali tahtanya. Setelah selama 15 tahun tidak menjabat jabatan pemerintahan apa pun, pada usianya yang ke-51 Khongcu diminta oleh Rajamuda Ting untuk menjadi Gubernur daerah Tiongto. Jabatan tertinggi dan terakhir yang dipangkunya adalah Tai Sukhou atau Menteri Kehakiman merangkap Perdana Menteri.
Dalam waktu singkat Khongcu dapat menertibkan jalannya pemerintahan negeri Lo, dan mengangkat martabat negeri Lo menjadi negeri yang dihormati dan dikagumi oleh neger-negeri tetangganya. Makmur dan kuatnya negeri Lo membuat negeri Cee kuatir, sehingga seorang menterinya merancang siasat untuk menghancurkan negeri Lo. Maka dikirimlah 80 wanita muda yang cantik-cantik ke negeri Lo. Mereka telah dilatih dengan berbagai keterampilan menyanyi, menari, bermain musik, dan diperlengkapi dengan pakaian mewah yang gemerlap untuk memikat Rajamuda Ting. Mendapat persembahan wanita-wanita cantik, maka lupa dirilah Rajamuda Ting. Segala nasihat bijak dari Khongcu sudah tidak didengar lagi. Nilai-nilai moral yang telah dibangun Khongcu telah diabaikan. Kehidupan foya-foya dengan menghamburkan uang rakyat setiap hari berlangsung di istana. Karena nasihatnya sudah tidak didengar lagi, Khongcu mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Menteri Kehakiman dan Perdana Menteri.
Tanpa Khongcu, negeri Lo kembali kacau, dan kewibawaannya semakin merosot. Khongcu sangat terluka melihat negerinya hancur. Maka ia mulai mengembara dari satu negeri ke negeri lainnya selama 13 tahun. Selama pengembaraannya Khongcu banyak mengajarkan ajarannya kepada raja-raja dan bangsawan yang mengaguminya. Tetapi tidak ada satupun raja atau bangsawan tersebut yang melaksanakan ajarannya atau bersedia mengangkatnya sebagai menteri. Sebagai guru perorangan pertama di China, Konfusius mengajar sekian banyak murid, dan memiliki murid berjumlah ribuan. Beberapa puluh di antaranya menjadi pemikir dan cendekiawan yang disegani pada masanya. Untuk mengenal ajarannya, cara yang paling baik adalah dengan membaca kitab Lun Yu (Bunga Rampai Ajaran Konfusius). Lun Yu merupakan kumpulan ajaran Konfusius yang dibukukan murid-muridnya.
Beberapa konsep penting dalam ajaran Konfusius:
Meluruskan Nama-nama – Zheng Ming
Cinta kasih – Ren
Kebenaran – Yi
Kesusilaan – Li
Bijaksana – Zhi
Layak dipercaya – Xin
Setia dan tepa slira (Bhs. Jawa: toleran) – Zhong Shu
Hukum Ketuhanan – Tian Li
Takdir – Tan Ming
Manusia Budiman – Jun Zi
Jalan Kebenaran – Dao
Tiga Hubungan Tata Krama – San Gang
Lima Norma Kesopanan – Wu Lun
Lima Sifat Mulia – Wu Chang
Delapan Kebajikan – Ba De
Selain itu, Khonghucu juga mengajarkan pentingnya akhlak yang mulia dengan menjaga hubungan baik antara manusia di langit dengan manusia di bumi. Penganutnya diajarkan supaya tetap mengingat nenek moyang seolah-olah roh mereka hadir di dunia. Ajaran Konfusius merupakan susunan falsafah dan etika yang mengajarkan bagaimana manusia bertingkah laku. Konghucu tidak menghalang orang Cina menyembah hal-hal keramat atau penunggu. Namun yang dipentingkan ialah bahwa ialah setiap manusia perlu berusaha menjadi baik.
Hanya kemudian setelah Konghucu dikembangkan oleh muridnya, Mencius, ke seluruh China dengan beberapa perubahan, maka akhirnya Konghucu disembah sebagai seorang dewa dan agama baru. Padahal dia sebenarnya adalah manusia biasa. Pengagungan yang luar biasa kepada Konghucu telah menukar falsafahnya menjadi sebuah agama dengan mengadakan perayaan-perayaan tertentu bagi orang yang mengenangnya.
Komentar
Posting Komentar