Kanal Progresif : Agama Majusi (Zoroaster)
"Mengenal Agama Majusi"
“Religionswissenchaft”
Oleh Aris Rasyid Setiadi
Sumber: snarg.net |
Dalam kanal progresif kali ini kita akan mengenal agama-agama yang ada di dunia secara umumnya dan setelahnya kita masuk ke pembelajaran Studi Agama-Agama, dimulai dari Agama Majusi, Agama Yahudi, Agama Nasrani, Agama Brahma dan Hindu, Agama, Agama Buddha, Agama Islam dan Agama Konghucu yang dikutip dari buku Studi Agama Suatu Pengantar dari Syarif Hidayatullah. Menarik bukan? untuk bagian awal ini mari kita mulai dari Agama Majusi atau biasa dikenal Zoroaster.
Agama Majusi (Zoroaster)
Agama Majusi disebut juga agama Zoroaster karena dikaitkan dengan nama pembangun agama tersebut, yaitu Zarathustra (669-583 SM), di Persia (Iran). Sejak usia 20 tahun, Zarathustra mulai menyenangi berkontemplasi (tafakkur) dan mengembara serta mengasihi fakir miskin dan binatang. Dalam cerita kuno disebutkan bahwa ia lahir dalam keadaan senyum simpul, menghadap ke muka, dan menengadahkan kedua tangannya di langit. Selain itu, saat ia dilahirkan juga terjadi beberapa peristiwa ajaib lainnya sebagai tanda kebesaran dan kebenarannya.
Suatu ketika dalam pengembaraannya, Zarathustra tengah duduk-duduk di depan gua tepi gunung tempat ia berkontemplasi. Tiba-tiba ia merasakan suasana hati yang bergembira, dan merasakan ada ilham kebijaksanaan yang datang padanya. Dengan meninggalkan badan jasmaninya ia dituntun oleh Vahu Mano, makhluk ghaib di sisi Tuhan (semacam malaikat), untuk menghadap Tuhan kemudian diberi sabda Tuhan dan diberi tahu tentang tanda bukti yang agung. Sejak itu ia sering menerima wahyu Tuhan. Kendatipun ia mendapat perlawanan dalam menyampaikan wahyu-wahyu dan ilham-ilham yang diterimanya, namun secara perlahan ia mendapat pengikut setia dari berbagai kalangan termasuk Raja Kavi Visshtaspa, seorang raja di kota Balk. Perjuangan Zarathustra semakin membuahkan hasil ketika akhirnya Agama Majusi menjadi agama nasional bagi Bangsa Persia dan Bangsa Media.
Sumber utama untuk mengetahui agama ini adalah melalui kitab yang ditulis oleh Zarathustra, yang diberi nama Zendavesta. Kitab ini berisi beberapa hal: (a) nyanyian-nyanyian; (b) doa untuk sembahyang dan melakukan adat-istiadat; (c) upacara-upacara berkurban dan sajian; serta (d) peraturan-peraturan dan undang-undang.
Ajarannya mengajarkan beribadah kepada Tuhan, ingkar terhadap setan, serta menganjurkan berbuat baik, dan melarang berbuat jahat. Ia mengajarkan kepercayaan pada Tuhan yang tak dapat dipegang atau dilihat, atau yang disebut juga dengan nama lainnya, Ahura Mazda. Yakni Dzat yang menciptakan segala yang baik yang dapat diketahui dari pekerjaannya. Nama lain sebutan Tuhan dalam Agama Majusi adalah Ahriman, yaitu Dzat yang menguasai alam.
Dalam Majusi, dikenal sebuah ajaran dualisme. Yaitu bahwa alam terjadi dari gabungan dua kekuatan, yakni Ahura Mazda dan Ahriman. Ini seperti kekuatan antara cahaya dan gelap. Ahura Mazda diartikan sebagai cahaya yang menjadikan segala sesuatu serba baik. Sedangkan Ahriman ialah Tuhannya gelap yang menguasai dan menjadikan kegelapan dan segala yang jahat. Manusia hidup karena dihidupi oleh Ahura Mazda. Dan manusia mati karena dimatikan oleh Ahriman. Pada akhirnya semua roh jahat yang dikuasai Ahriman akan dibinasakan oleh Ahura Mazda sehingga kelak dunia ini akan menjadi suci dan tak kenal rusak dan mati. Dengan demikian, sempurnalah dunia ini, dan akan kekal abadi selamanya.
Penganut agama ini dianggap pemuja api sebab di tempat ibadahnya selalu tersimpan api yang terus-menerus menyala. Bagi mereka, selain air dan tanah, api juga dianggap sesuatu yang suci atau kudus. Oleh sebab itu, bila seseorang meninggal maka jenazahnya tidak boleh dibakar dalam api, atau dilempar ke laut, atau dikubur dalam tanah, karena dianggap akan mengotori kesucian api, air, maupun tanah. Mereka meletakkan jenazah orang mati di atas menara yang tinggi, yang disebut Menara Diam (Tower of Silence). Di tempat ini jenazah akan dibiarkan hingga habis dimakan burung, dan tinggal tulang-tulangnya saja.
Di antara ajaran-ajaran penting lainnya adalah bahwa sebaik-baik pekerjaan dan amal manusia ialah bertani dan beternak, serta mengutamakan giat bekerja. Sehingga umatnya dilarang berpuasa, dan membenci orang-orang yang menjadi peminta-minta pembagian hasil pekerjaannya. Ajaran lainnya, adalah bahwa ketika saatnya hari kiamat datang, manusia akan menerima balasan dan melalui jembatan Cinwat. Jika seseorang jahat, maka ia akan jatuh dari jembatan dan masuk neraka. Namun jika seseorang baik, maka ia akan dapat melintasinya dan masuk ke surga. Jembatan Cinwat ini mirip dengan konsep jembatan Sirathal Mustaqim dalam ajaran Islam.
Komentar
Posting Komentar