Kanal Progresif : Agama Yahudi

"Mengenal Agama Yahudi"
“Religionswissenchaft”
Oleh Aris Rasyid Setiadi

Sumber ilustrasi: snarg.net

Setelah mengenal lebih jauh sejarah Agama Majusi atau biasa dikenal Zoroaster. Maka selanjutnya di bagian kedua ini kita masuk untuk mengenal Agama Yahudi dengan sejarah dan perjalanannya sampai saat ini yang masih sama bersumber dari buku Studi Agama Suatu Pengantar dari Syarif Hidayatullah. Lebih menarik bukan? mari seduh kopinya dan mulai membaca

Agama Yahudi
Yahudi adalah nama suatu bangsa yang biasa dikenal dengan Israil atau Bangsa Ibrani (Hebrew). Di dalam al-Qur’an, mereka sering disebut dengan Bani Israil (keturunan Ismail). Israil adalah nama atau gelar bagi Nabi Ya’kub, yang berarti “pejuang untuk Tuhan” atau “yang berbakti pada Allah”. Nabi Ya’kub mempunyai dua belas orang anak: Rubin, Simeon, Lewi, Yahuda, Zebulon, Isakhar, Dan, Gad, Asyer, Naftali, Yusuf, dan Benyamin. Merekalah asal-usul dari Bangsa Israil sekarang.
Pada masa Nabi Musa, Bangsa Israil diberi sepuluh perintah (Ten Commandments) Tuhan yang merupakan perjanjian Allah dengan mereka, yaitu:
Jangan kamu bertuhan selain Aku
Jangan menyembah patung berhala
Jangan memakai nama Allah untuk berbuat yang tidak hak
Janganlah bekerja di hari yang ketujuh dari minggu itu dan hormatilah hari itu (Sabtu) sebagai hari suci
Hormatilah ibumu dan bapakmu supaya dilanjutkan umurmu dalam negeri yang dianugerahkan Tuhan Allahmu kepadamu
Janganlah kamu membunuh manusia
Janganlah kamu berbuat zina
Janganlah kamu mencuri
Janganlah kamu mengatakan kesaksian dusta akan sesama manusia
Janganlah iri hati atau mengingini hak milik orang lain
Agama yang dirisalahkan Nabi Musa kepada Bangsa Israil ini pada awalnya sesungguhnya adalah Agama Tauhid. Isi kitab suci Taurat yang utama yaitu Ten Commandments yang wajib dijunjung tinggi oleh Bani Israil. Namun, sepeninggal Nabi Musa, ikatan suku-suku dan perasaan kesatuan Bangsa Israil semakin memudar. Mereka melupakan banyak hal yang berhubungan dengan perjanjian Tuhan. Mereka malah melakukan penyimpangan dengan menyembah Yahweh yang dianggap bersemayam di atas peti perjanjian yang dijaga ketat oleh dua ekor lembu atau sapi yang bersayap dan bermuka empat. Mereka melakukan berbagai adat-istiadat yang tidak murni lagi seperti yang ada di dalam syariat Nabi Musa. Lama-kelamaan mereka dipengaruhi oleh unsur-unsur kekafiran. Bahkan ada perubahan-perubahan dari ulama-ulama Yahudi sendiri, seperti misalnya ajaran-ajaran sesembahan pada berhala. Padahal, Agama Yahudi yang sebenarnya adalah berpijak pada dasar syariat yang dibawa oleh Nabi Musa, yaitu ajaran tauhid yang mengakui adanya Allah Yang Maha Esa.
Pengajaran Agama Yahudi berpokok pada syariat Nabi Musa dengan Kitab Suci Taurat, atau yang sekarang disebut oleh orang-orang Nasrani sebagai Perjanjian Lama (Old Testoment). Pada Synagoge (tempat Ibaddah) Yahudi terdapat tiga bagian, yaitu:
Torah (Taurat)
Nabiin (nabi-nabi)
Ketubin (kitab-kitab) yang juga mengandung Zabur (Mazmur)nya Nabi Daud.
Kitab Perjanjian Lama terdiri dari lima bab (Pentateuchus), yaitu: (1) Kitab Kejadian; (2) Kitab Keluaran; (3) Kitab Imamat (Kitab Orang Lewi); (4) Kitab Bilangan; dan (5) Kitab Ulangan. Bahasa asli Kitab Taurat adalah Bahasa Ibrani. Namun sekarang hanya terdapat salinan-salinannya dalam Huruf Aramia dan Aksara Kildani. Orang Israil mengumpulkan pengajaran dan syariat serta kupasan-kupasan para ulama tentang Taurat di dalam kitab yang disebut Talmud. Kitab Talmud terdiri dari dua macam: (a) Talmud Yerusalmi, yaitu kitab yang kupasannya dilakukannya di Palestina pada permulaan abad V Masehi, dan (b) Talmud Babli, yakni kitab yang penutupannya dilakukan di Babylon pada permulaan abad VI Masehi. Isinya bermacam-macam, yaitu: ilmu fiqh, ‘aqaid, nahwu, falak, ketabiban, dan lain-lain.
Pemeluk Agama Yahudi diperintahkan untuk berdoa dan bersembahyang tiga kali sehari: pertama dilakukan di pagi hari sekitar jam 9. Sembahyang kedua dilakukan pada tengah hari, dan sembahyang ketiga dilakukan pada sore hari sekitar jam tiga. Mereka juga diwajibkan berpuasa pada hari “Pengampunan Besar”. Hari “Pengampunan Besar” ini jatuh pada hari kesepuluh bulan ketujuh. Pada pagi hari yang dianggap juga sebagai hari beristirahat bagi Bangsa Israil, para imam besar mandi dan memakai pakaian resmi keagamaan, kemudian memintakan ampunan dengan cara memotong lembu dan kambing sebagai korban. Setelah selesai, para imam ini meninggalkan pakaian resminya dan menggantikan dengan pakaian biasa sebagai tanda bahwa upacara telah selesai.
Ada dua macam korban bagi penganut Agama Yahudi. Pertama, korban pengampunan dan korban kesalahan, yaitu korban yang dilakukan oleh para imam pada hari pengampunan besar untuk menebus dosa seseorang yang sudah berbuat kesalahan. Kedua, yaitu korban kebaktian, sebagai tanda syukur atas nikmat dan karunia yang diperoleh seseorang. Ini sejenis nazar.
Pada hari Paskah, mereka melakukan penyembelihan kambing, lalu dagingnya dimakan dengan ragi yang pahit, sebagai bentuk peringatan dan rasa syukur atas keluarnya mereka dari kepahitan di Negeri Mesir dengan selamat. Sedangkan pada hari Pantekosta, yaitu hari kelima puluh sesudah Paskah, penganut Agama Yahudi melakukan upacara iringan untuk mensyukuri nikmat Tuhan, dengan menghidangkan roti hasil panen tahun itu. Pantenkosta juga sebagai peringatan mereka atas turunnya Kitab Suci Taurat. Mereka disunahkan juga untuk berpuasa pada hari-hari ketika terjadi bencana alam, dan setiap hari Senin dan Kamis. Anak laki-laki diwajibkan dikhitan pada hari  ke delapan dari kelahirannya.
Menurut Rifai, dilihat dari segi kepercayaan pada kitab suci yang menjadi pegangannya, orang Yahudi dapat digolongkan menjadi tiga mazhab:
Robbaniyyun: golongan yang mengambil apa adanya dari Kitab Talmud, dan mengakui bahwa Baitul Maqdis yang sudah rusak dan telah diperbaiki kembali sama sucinya dengan Baitul Maqdis terdahulu.
Al-Qurra’: golongan yang tidak mau menganggap suci kecuali Maqdis yang terdahulu. Mereka tidak mengakui Kitab Talmud, dan hanya mengakui kitab Taurat.
Samurah: golongan orang Parsi yang masuk Agama Yahudi. Mereka mengatakan bahwa Kitab Taurat yang di tangan orang Yahudi bukanlah Kitab Taurat yang diturunkan kepada Nabi Musa. Yang dianggap Kitab Taurat orisinil oleh mereka adalah kitab yang ada di tangan Samurah.
Berdasarkan cara menafsirkan dan memahami kitab suci, pemeluk Agama Yahudi terbagi menjadi tiga kelompok, yaitu:
Al-Farusyin. Golongan ini hampir sama dengan kelompok Mu’tazilah dalam Islam. Mereka menggunakan pendekatan filosofis dalam memahami kitab suci mereka.
As-Shaduqi. Golongan ini berpegang pada teks Taurat dan segala perkataan Allah yang ada di dalam Kitab Taurat secara literal. Mereka tidak mengakui segala paham dan tafsiran yang tidak ada di dalam Kitab Taurat.
Asy-Syalha. Golongan ini mementingkan menjalankan ibadah-ibadah kepada Tuhan, dan berpegang pada apa yang penting dan lebih selamat terhadap Agama.

Komentar

Postingan Populer