Kanal Progresif : Sang Ayah Filsuf Islam: Al-Kindi
"Al-Kindi, Mendamaikan Agama dan Filsafat"
“Jika satu hal kebaikan bagi kemanusiaan masih kurang, tidakkah yang kurang itu –
Kemanusiaan itu sendiri?”
Oleh Aris Rasyid Setiadi
qureta.com |
Mencoba menulis, walau belum tentu paham..
Dimulai saat abad 9 M, siapa yang tidak pernah mendengar filsuf Islam yang sangat berpengaruh yaitu al-Kindi? nama lengkap al-Kindi adalah Abu Yusuf Ya'qub ibn Ishaq al-Sabbah ibn Imran ibn Isma'il ibn al-Asy'ats ibn Qais al-Kindi. Ia dilahirkan di Kufah tahun 185/801. Dilahirkan di suku Banu Kindah selatan Jazirah Arab dimana memiliki apresiasi yang cukup tinggi terhadap ilmu. Dialah filsuf Islam awal yang menggoreskan peradaban kemajuan bangsa Timur pada masanya, setelahnya lahir banyak cendekiawan muslim yang meneruskan eksistensi peradaban maju bangsa Timur.
Banyak sekali cabang ilmu yang dipelajari oleh al-Kindi seperti ilmu kedokteran, ilmu hitung, geometri, astronomi, logika, filsafat dan sebagainya. Filsafat bagi al-Kindi adalah pengetahuan tentang yang benar (bahs 'an al-haqq; knowledge of truth). Al-Kindi banyak menjelaskan di dalam karya-karya dan pemikirannya, termasuk dalam metafisika (alam), etika, filsafat jiwa (ruh) dan epistemologi yang dijelaskannya.
Dalam "Risalah Ila al-Mu'tasim Billah", al-Kindi berpendapat bahwa antara filsafat dan agama tidak ada perbedaan. Menarik bukan?
Al-Kindi mengatakan pada hakikatnya semua ilmu adalah ilmu Tuhan, yang mana semua ilmu itu bertujuan akhir untuk memberikan guna dan manfaat bagi jalan ke arah itu dan menghindari segala yang menghalanginya. Tidak adanya perbedaan antara fisafat dengan agama dalam pandangan al-Kindi disebabkan karena keduanya juga mempunyai tujuan yang sama seperti di atas tadi yakni mencari kebenaran. Kebenaran akan hidup yang dijalani dengan sejuta hal yang ada di dalamnya.
Dan pada kesimpulan akhirnya bagaimana bisa agama dan filsafat itu berdampingan adalah bertujuan sama yakni menuju pada kebenaran, dimana kebenaran yang berada dalam kesesuaian antara apa yang ada dalam akal dengan apa yang ada di luar akal. Contoh mudahnya agar lebih memahami adalah ketika kita belajar teologi (ilmu Ketuhanan) dimana teologi menurutnya adalah bagian dari filsafat (bukan terpisah), dan kita selaku umat Islam diwajibkan belajar teologi untuk memahami akan adanya keberadaan Tuhan. Jadi filsafat disini adalah jalan yang diberikan untuk mengetahui keberadaan Tuhan.
Dan..
Al-Kindi mengatakan pada hakikatnya semua ilmu adalah ilmu Tuhan, yang mana semua ilmu itu bertujuan akhir untuk memberikan guna dan manfaat bagi jalan ke arah itu dan menghindari segala yang menghalanginya. Tidak adanya perbedaan antara fisafat dengan agama dalam pandangan al-Kindi disebabkan karena keduanya juga mempunyai tujuan yang sama seperti di atas tadi yakni mencari kebenaran. Kebenaran akan hidup yang dijalani dengan sejuta hal yang ada di dalamnya.
Dan pada kesimpulan akhirnya bagaimana bisa agama dan filsafat itu berdampingan adalah bertujuan sama yakni menuju pada kebenaran, dimana kebenaran yang berada dalam kesesuaian antara apa yang ada dalam akal dengan apa yang ada di luar akal. Contoh mudahnya agar lebih memahami adalah ketika kita belajar teologi (ilmu Ketuhanan) dimana teologi menurutnya adalah bagian dari filsafat (bukan terpisah), dan kita selaku umat Islam diwajibkan belajar teologi untuk memahami akan adanya keberadaan Tuhan. Jadi filsafat disini adalah jalan yang diberikan untuk mengetahui keberadaan Tuhan.
Dan..
Satu titik yang luar biasa dan menjadi pembeda adalah ketika karangan-karangan al-Kindi mengenai filsafat menunjukkan bagaimana dia bisa memberikan semacam batasan makna istilah yang dipergunakan dalam terminologi ilmu filsafat sampai sekarang seperti ini, terutama dalam mempertalikan agama dan filsafat.
Opiniku simpel, yakni ketika Anda mumet membacanya, berarti Anda sedang mencoba memahami atau berpikir. Berarti Anda sedang sedikit berfilsafat.
"Menelaah kitab-kitab filsafat merupakan kegemaran jiwa yang berfikir" - al-Kindi
Komentar
Posting Komentar