Kanal Progresif: Paragraf Pertama Pluralisme
"Sepotong Cerita Tentang Perbedaan"
“Jika satu hal kebaikan bagi kemanusiaan masih kurang, tidakkah yang kurang itu –
Kemanusiaan itu sendiri?”
Oleh Aris Rasyid Setiadi
Paragraf Kedua. .
Menyoal pluralitas dalam agama bisa dipahamkan juga sebagai salah satu way of life atau pedoman hidup, dimana agama memberikan sugesti kepada manusia agar di dalam jiwa mereka tumbuh sifat-sifat utama, seperti rendah hati, sopan santun, dan saling menghormati. Dengan jelas agama mengungkapkan seperti diatas, sudah selayaknya kita sebagai manusia yang bernafaskan agama mencoba untuk memahami dan merefleksikan kebahagiaan bersama akan adanya pluralitas tersebut, selama tidak memandang buruk satu sama lain dan berada dalam rel yang sama seperti yang ayahanda Haedar Nashir bilang.
Kenapa perspektif agama saya taruh sebagai paragraf pertama penjelasan akan pluralitas? karena dari agamalah kita semua berangkat, titik awal sekaligus titik akhir pengetahuan manusia, dengan berfilsafat contohnya kita mencoba memaknai apa yang dipikirkan termasuk dengan mengapa di dunia ini ada pluralitas? dengan banyaknya pluralitas apa tujuannya? dst.
Sudah menjadi tugas bersama bahwasanya Tuhan menghadirkan semua yang ada di dunia, dalam bentuk apapun untuk kita pahami, rawat, dan bersamai. Baik bersifat teks, kontekstual, tersirat atau tersurat.
Hipotesis saya terhadap problem intoleransi apapun di dunia adalah "Mungkin dunia bisa hancur karena manusia-manusia di dalamnya belum terlalu memahami secara 'rendah hati' akan agamanya sendiri". Anda setuju pembaca yang budiman?
Komentar
Posting Komentar