Kanal Progresif: Paragraf Kedua Pluralisme

"Sepotong Cerita Tentang Perbedaan"

“Jika satu hal kebaikan bagi kemanusiaan masih kurang, tidakkah yang kurang itu –
Kemanusiaan itu sendiri?”
Oleh Aris Rasyid Setiadi


Paragraf Kedua..
Di tengah kondisi ruang hidup yang semakin tergusur. penyebaran kebencian (terlebih isu identitas) oleh kelompok intoleran yang sesungguhnya menjadi isu seksi yang mujur. 
Lucunya sangat mudah untuk mengalahkan isu-isu mendasar tentang perampasan ruang hidup yang kian masif. Percayalah kanda-dinda kita semua memang manusia yang ibarat menjadi ayam dalam arena sabung yang saling diadu dombakan. Kita 'dinikmati' oleh kelompok yang berwajah senyum sumringah tak berwaraskan.
Di balik itu hasilnya mulai terlihat dari tahun ke tahun, berdasarkan laporan Democrazy Index dari The Economist Intelligence Unit melaporkan bahwa kemunduran demokrasi di Indonesia dari tahum 2014-2017 terus turun secara signifikan dari 6,95 sampai 6,39. Berefek menyandang sebagai negara terburuk dalam demokrasi tahun 2017, turun 20 peringkat dari rangking ke-48 menjadi 68 di tingkat global.
Masuk dalam ranah politik di berbagai elemen yang sangat sensitif dan menjadi tombak ampuh untuk mengadu domba dengan berpola 'umat Islam lebih intoleran secara politik, sementara non-muslim lebih intoleran dalam hal ibadah' kata Burhanuddin Muhtadi dari Lembaga Indikator Politik Indonesia.
Dalam hemat kataku "Kebhinekaan saat ini hanya menjadi pajangan di kaki garuda, kita semua lupa bahwasanya Indonesia lahir dari pluralisme semata".

Komentar

Postingan Populer