Diary Bercerita "Semakin Halu"

"Ruang Abu-Abu"
Oleh Hindun Nur Khasanah


(Kembali lagi tuk menyapa)
Haii..
Kau bertanya tentang curhatan semalam di FG yang tak dikomentari sedikitpun. Ya mungkin karena banyak orang dan pastinya akan memakan banyak waktu.. katamu itu hanya perasaanku saja, cobalah untuk bersikap biasa dan lebih akrab lagi dengan orang lain. Mudahnya pun bilang begitu (Ya, ini hanya perasaanku)  dan kuikuti nasehatmu, setelahnya kembali mencoba tersenyum lalu berbaur (lagi) dengan mereka.
Hari itu, aku masih teringat! dimana ada sebuah agenda yang mengharuskan untuk datang di dua tempat, kabar baiknya adalah acaranya sama.  Dan kabar buruknya adalah di satu tempat, aku dengan polosnya tidak membawa apa yang memang harus dibawa untuk agenda tersebut, terlebih tertinggal di rumah sehingga bagaimana lagi dan itu jugalah yang memutuskan untuk tidak bergabung. Anehnya di sisi lain itu menguatkan rencana yang sengaja tidak pergi untuk ikut, daripada bikin riweuh bukan??
Faktanya, dengan tidak hadirnya di agenda tadi, tak ada seorangpun yang merasa kehilangan. Diperpanjang luka oleh kembalinya kawanku yang menyempatkan pulang untuk mengambil hal perlu dia bawa, tapi saat sudah kembali malah tak di hiraukan, semakin abu-abu rasaku, entahlah. Dia datang dan langsung menangis sebagai bentuk meluapkan kekecewaannya. Momen ini ternyata membawaku terbawa suasana dan tanpa ku sadari pipi kasarku terbasahkan air luka. Menjadi paham dengan apa yang dirasakan. Karena sudah lebih dulu pernah merasakan. Dengan hebatnya ku sembunyikan dengan sebuah senyuman yang menenangkan.
Momen setelahnya hati berkata. "Apa ini masih perasaanku saja? Nyatanya, ada yang bernasib sama denganku. Ia pun merasakan hal yang sama". Salahkah jika aku merasa demikian?
Dengan sifatku yang terbiasa bodo amat, itu bukan menjadi permasalahan besar. Aku mampu berkata baik-baik saja, walau sebenarnya tentu kecewa. Diluar sana tidak banyak yang menyadarinya, hanya satu-dua saja yang tahu. 
Aku sadar, tak punya bakat yang patut diceritakan, kelebihanku tak sebanding dengan mereka yang telah lama dan luas dalam berproses.
Kau tahu? mungkin sebenarnya ini hanya masalah personal yang meminta untuk sedikit saja di anggap. Hal kecil tapi sangat begitu berarti yang terkadang banyak di kesampingkan oleh orang-orang. Mereka yang hanya melihat dari sisi kepopuleran, estetika atau dari kecantikan dan ketampanan saja. Terkadang selain kaum-kaum itu, mereka yang 'biasa' saja yang ikut berperan justru dianggap sebagai pelengkap atau sebatas huruf dan angka? yang dengan entengnya seringkali di lupakan.
Jadi?? ini rasaku saja atau memang benar adanya? 

Komentar

Postingan Populer