"Senja & Hujan Journey"

"Senja & Hujan Journey"
“Tiada yang menafikkan bahwa manusia suka bercerita dengan senja–hujan yang mampu mendamaikan sisi kehidupan"


Halu dan Senja
Haii..
Tak sabar menantikan ceritaku lagi?
Jikalau iya mari berkenan mari seduh kopi dengan coffe maker cara tradisionalmu itu, lalu tuangkan kerinduan dengan secangkir kemesraan obrolan. Boleh kali ya sesekali prolog romantis gini karena memang aku merindukan kita ngopi bareng lagi. hehe

Kau ingin tahu? masih dalam perasaan skeptis yang sama, entah kenapa beberapa hari ini diri mulai 'halu' akan kehangatan senja sendiri yang biasa menemani. Bagaikan seorang filsuf yang menenteng wacana dalam laboratorium kimia, dimana dia terjebak dalam bayang-bayang akhir kehidupannya sendiri. Terselimuti rasa takut yang teramat sangat. Berjuang demi peradaban maju atau justru mengabadikan nama secara cepat, bagi filsuf itu adalah sebuah bonus senyuman abadi nanti. nuraninya tak takut karena memang dia dilahirkan untuk melakukan hal-hal seperti itu, lahir ke bumi untuk membersamai zat-zat kimia dengan hipotesa angka yang ada.
Dan percayakah? tersadar bahwa 'filsuf' tadi ternyata adalah diri ini yang dengan perasaan sama yang terulang kembali untuk sebuah ketakutan di tiap waktu yang berbeda, membuat semakin mendalami tiap cm haluku, halu semacam seperti tidak ingin kehilangan senjanya sendiri yang mana memang ketika disadari mulai berpaling di waktu yang seharusnya dia hadir.
Satu hipotesa telah tertulis bahwa mungkin senja lelah dengan rutinitas, anggapan dan dengan mudah setiap jiwa melupakan dia sehingga perlahan mundur dan pergi. Tak mau membersamai diri ini kembali. Sesungguhnya rasa kemanusiaan telah pudar dalam pusaran orientasi  hidup yang fana. Berkelana kesana kemari menunggu jingga sore dan pergi begitu saja setelah hadir. Membuktikan semakin halu untuk manusia dan semakin menyakitkan untuk sang Senja karena rumus laboratorium hidup mengatakan itu.

Satu waktu berkesempatan bertemu Senja dikala waktu super sibuknya, basa-basi aku bertanya
"Apakah kau selalu terluka dengan sikapku yang seperti ini?"
"Tidak, hanya saja sedikit lucu." jawabnya
"Lalu bagaimana kau tetap setia untukku?" tanyaku lagi
"Mudahnya kau tidak pernah akan memahami alasan mengapa aku mencoba tetap hadir untuk menghangatkan dan memberi sebuah cahaya harapan, inilah sifat lucumu itu, namun tak mengapa bukanlah menjadi alasan untukku agar tetap mencoba hadir. Hanya saja aku sesekali pergi ada kepentingan lain dan berharap kamu mulai menyadari alasannya." pungkas Senja dengan tersenyum sembari hilang dibalik rimbun pepohonan depan rumahku.
....
Beberapa saat waktu 
"Mas Aris, ngabuburite ayuh jadiin mabar" tersontak aku kaget, tersadar lamunanku atas janji untuk keponakanku itu, untuk mabar game bussid kesukaan kami.
Berbalik lalu berjalan pulang dan sedikit mencoba memahami pertanyaan luguku tadi dengan Senja, setelahnya berkata dalam hati "Apakah aku sedang halu ?"

Komentar

Postingan Populer