Kanal Progresif: Narasi Penuh Ambisi
“Politik 'Wakil Tuhan?' Mending Golput Saja”
“Nggo ngapa nek urip nanging klubuke iwak nang kedung?”
Oleh Aris Rasyid Setiadi
http://artandpoliticalwarfare.blogspot.com |
Politik? Apa yang sepintas terdengar di telinga dan terbesit di pikiran secara langsung? Mungkin 3/4 manusia sepaket itu tidak baik bahkan buruk, sisanya setuju lebih baik tak mendengarnya lagi. Bukan tanpa alasan namun karena sudah berkali-kali terkecewakan.
Bagi yang pernah belajar filsafat pasti pernah mendengar nama Aristoteles. Menurut catatan sejarah lahir di Stagira suatu kota di wilayah Chalcidice. Thracia. Yunani. Dan sudah menjadi rahasia umum bahwasanya saat usia 17 tahun dia menjadi murid Plato dan kemudian menjadi guru di Akademi Plato (Athena) selama 20 tahun.
Selama hidupnya, Aristoteles tidak hanya memerhatikan filsafat. tetapi banyak hal seperti metafisika. fisika, etika, ilmu kedokteran, ilmu alam, karya seni, dan politik. Dan fokus kali ini ada tentang politik, ya berbicara tentang hal yang tak menyenangkan bagi manusia masa kini. Aristoteles berpendapat bahwa bentuk politik yang ideal adalah gabungan dari bentuk demokrasi dan monarki. Dan politik yang ideal seharusnya bertujuan untuk mengantarkan manusia pada kehidupan yang baik.
Namun, gagasal ideal ini jarang terbuktikan ke dalam kenyataan setelahnya. Yang ada hanya berita bahwa kepercayaan kita menjadi manusia yang dicari di seluruh dunia, berdrama memecah publik, atau berpose dengan baju bertuliskan tahanan. bahkan bermain dengan perputaran alibi, dan kini perlahan diam-diam menjepit nafas rakyatnya sendiri. Seolah dasar negara sudah tidak ada, atau memang sudah tidak ada?
Pelemahan sendi-sendi yang dibangun sedari para pahlawan bangsa oleh 'Tuhan berdasi' perlahan sampai kini terus dilakukan menunjukkan tercederainya tujuan politik yang diidealkan Aristoteles itu membuktikan bahwa baik-buruknya politik tergantung pada moral seseorang yang menggunakannya.
Jadi teringat Ben Okri pernah mengatakan "Pesulap dan politikus punya satu persamaan yaitu mereka harus pandai mengalihkan perhatian publik dari apa yang sebenarnya mereka lakukan" atau pepatah sindiran dari Ted Whitehead "Di bawah hukum Inggris. seseorang dinyatakan tidak bersalah sampai terbukti bahwa ia adalah seorang Irlandia". Waah sangat lucu bukan? namun itu juga mengandung kebenaran. Mringis teriris miris.
Jadi perlu apa untuk itu? kita minimal perlu memulai (kembali) gagasan politik Aristoteles diatas secara bersama-sama dari A-Z tanpa terkecuali. Yaa kalau dalam istilah jawanya yaa perlu 'mesu sarira' (mampu mengendalikan nafsu dirinya) atau kita sebagai manusia perlu 'jatmika' (tingkah laku berdasarkan kaidah kesusilaan) dan pada akhirnya menjadi 'ber budi bawa leksana' (pemimpin yang murah hati. berdana ria dan selalu memikirkan kesejahteraan bawahan dan rakyatnya). Endingnya hancur atau mujur atas tangan-tangan kita sendiri, tentunya itu sebuah pilihan. Atau mending golput saja?
Komentar
Posting Komentar