Diary Bercerita "Menyemai Rintik Sendu"

“Menyemai Rintik Sendu"
“Rumah diaspora para filsuf senja"
Oleh Aris Rasyid Setiadi


Menilik judul itu pertanda yang puitis, terlebih memahami dengan dialogis, uuh semakin romantis. Menyemai tangkai rindu, ya tangkai rindu, bagiku itu penuh lugu. Ini kisah bagai candu untukku yang tak piawai mengatur rindu. Menyoal perkara hujan menyembunyikan senja mungkin tak berarti apa-apa bagimu, namun itu hal yang sangat dipertanyakan olehku.
Ya terlebih hal ini menjadi masa lalu yang tak pernah mencoba berfilsafat dengannya. Belum baik memahamkan keilmuan dan analisnya, tak apa karena memang manusia sang pembelajar lugu.

Kali ini bukan bercerita tentang 'senja' lagi yang lucu, namun sobatnya yakni 'hujan' yang penuh sendu.. uuuhh
Dunia tau mengapa hujan sore ini begitu polos atau lugu? tersiratnya ialah awet sampai kini? mungkin begitu rindu denganmu yang selalu bersama dulu, bagaimana ketika kamu berlarian kesana-kemari bersahabat dengan milimeter rintik dan bergumam  seolah bercerita tiap jengkal kaki dalam peluh rintik yang mendinginkan amarah, menyadarkan tujuan langkah penuh tertatih-tatah dan berkasih senyum bagai mawar merekah.

Di penghujung senja ini daku memetik sebuah 'semaian' rintik sendu.

Ingin tahu apa itu?

"Berdamailah dengan hujan air mata diri, berkawanlah, bersamailah selalu sayang hingga kau menyemai rintik sendu". kata hujanku

Komentar

Postingan Populer