Diary Bercerita "Senja Termarjinalkan"
"Menilik Koin Baru"
“Rumah Diaspora Para Filsuf Senja"
Oleh Aris Rasyid Setiadi
Bukan perkara mudah menahan sebuah rasa, entah rindu, amarah, atau bahkan keduanya. Terlebih sosoknya tak hadir lagi mewarnai yang sering memampukan senyum di wajah. Ya dia adalah langit jingga yang termarjinalkan beberapa pekan ini. tak tahu kenapa begitu malu untuk menampakkan warna emas seperti biasanya, malah seringnya menumpahkan air mata untuk kesekian kalinya.
Kini...
Tinta menggoreskan sebuah 'koin baru' yang berpuisi:
Kita tahu apa itu rindu
Kepada yang tak menentu
Analogi bagai kopi dan candu
Merasakan kenikmatan tanpa ragu
Yaa dia adalah kamu
Kamu senjaku
Sang laut pena Tuhanku
Yang malu tuk disandingkan denganku
Purwokerto, 27 Februari 2020
Menjadi sejarah luka kali ini jikalau memang benar adanya dan sangat dirasakan oleh kaum sore itu, entah bagaimana ceritanya kini senja sedang 'termarjinalkan'.
Komentar
Posting Komentar