Kanal Progresif: Menyoal Pemberdayaan Masyarakat
“Moralitas Pemberdayaan? Paradigma dan Wacana”
“Modal sosial menjadi tumpuan kebersamaan dalam melakukan pembelajaran secara berkelanjutan”
Oleh Aris Rasyid Setiadi
Sama seperti orang lain tidak mencoba membalas harapan seseorang yang lebih mempunyai dalam suatu hal, ya memang forumnya menghasilkan beberapa lembar kertas bertuliskan pengalaman berharga yang idealnya diterapkan yang memang menjadi tujuan utama dari forum itu.
Gerakan sosial merupakan salah satu pokok bahasan dalam studi sosiologi yang sangat populer terlebih di negara berkembang khususnya Indonesia. Terlebih bagaimana ketika melihat kenyataan bahwa dunia saat ini berada dalam ambang batas keraguan atas bangsa sendiri, termasuk dalam ranah strategis, isu gender-feminis, isu lingkungan, dan isu ekonomi sosial politik lainnya. Terlebih pengetahuan dalam satu dua hal yang belum termampukan untuk diimplementasikan oleh segenap bangsa ini. Misalnya pemberdayaan, entah memberdayakan masyarakat, komunitas bahkan diri kita sendiri.
Itulah kenapa penulis menyebut 'Moralitas Pemberdayaan' di satu titik, berharap mampu membebaskan dan mengembangkan diri dengan kemandirian berkelanjutan positif yang dimiliki. Mungkin bisa sedikit penulis gambarkan diagram etika tanggung jawab manusia terhadap Tuhan, masyarakat dan lingkungan, namun belum tentu dapat dipahami. Alasan Itulah disebut sebagai manusia pembelajar. Penulis menyebut untuk kaum pembelajar ini adalah 'Sekolah Masyarakat' disinilah kita semua diajarkan bagaimana relasi manusia dengan tiga hal diatas tentunya dengan merekonstruksi paradigma, metodologi, dan aksi.
Menurut Sumodiningrat (1999) pemberdayaan masyarakat memerlukan kepedulian yang diwujudkan dalam kemitraan dan kebersamaan pihak yang sudah maju dengan pihak yang belum berkembang. Dalam hal ini pemberdayaan merupakan suatu proses perubahan ketergantungan menjadi kemandirian. Sumodiningrat juga menjelaskan bahwa segenap program pemberdayaan masyarakat yang dirancang untuk menanggulangi ketertinggalan merupakan bagian dari upaya mempercepat proses perubahan kondisi sosial-ekonomi masyarakat yang masih tertinggal.
Dan dalam hemat manusia sepakat bahwasanya dalam pemberdayaan membutuhkan kontinuitas atau istiqomah dalam prosesnya, apalagi dalam menciptakan sebuah inovasi baru seperti Komunitas Waria yang membangun Pondok Pesantren, Komunitas Pemulung yang sukses bahkan Komunitas Air Hujan Banyu Bening yang mampu menghadirkan jawaban baru luar biasa atas hal tak biasa yang dihadirkan dalam rangka Lokakarya Pemberdayaan oleh DPD IMM DIY 14-16 Februari 2020 kemarin. Tugasnya kini adalah kita lebih dari sekedar belajar 4-5 teori materi konvensional-modern saja namun menjadi cambukan positif untuk lebih memutar otak dan psikis untuk lebih kreatif dan produktif sebagai kaum muda dalam menjawab tantangan dan permasalahan turunan yang ada di negeri ini.
Di akhir waktu banyak sekali hal baru yang kudapatkan, penulis akan berbagi lagi lain waktu kalau bertemu. Dengan ini tak ada yang namanya berakhir untuk belajar berdaya; memberdaya; berdayakan; memberdayakan terhadap apapun yang ada di dunia ini. Mari ber-Humanitas Gen Merah!!
Mantap bung
BalasHapussiap terima kasih ketua
Hapus