"Diary Senja & Hujan"
"Diary Senja & Hujan"
“Tiada yang menafikkan bahwa manusia suka bercerita dengan senja–hujan yang mampu mendamaikan sisi kehidupan"
Di sini, di KM 290 kami berada, setelah sebelumnya sekitar 20 menit kami istirahat di rest area untuk mengisi bahan bakar. Kami perlahan melanjutkan perjalanan ke ujung pulau untuk melakukan hal yang belum bisa kuceritakan. Beberapa batang pohon cemara di sepanjang jalan melambai-lambai. Di jalan kota dan awan senja di atasnya berwarna menyejukkan. Kami berjalan santai seperti anak indie yang menikmati musik pop-slownya.
"Mungkin yang kau lihat tadi sore benar-benar pesan Tuhan, sayang." kataku sembari sedikit memperlambat laju mobil.
Dia diam saja. Aku tahu kata "mungkin" itu tidak tepat. Bagaimanapun juga kejadian tadi sedikit banyak menekan batinnya, menambah rasa bersalahnya dan dapat menghindarkannya dari beban rumah, apalagi esoknya para keluarga besar kami berterima kasih kepadanya. Namun, ternyata teman-temannya masih meragukannya dengan menggunakan kata "mungkin", padahal rumah kecil kami di sudut gang Anggrek Timur sudah 90% jadi. Rasa tersinggungnya tidak berkurang sedikitpun. Pada tingkat ini sang Senjaku sudah merasa dirinya seorang yang tidak ada, orang yang tidak disukai.
Sementara aku mencoba sedikit berlogika, aku merasa orang-orang diluar kami dibutakan oleh tabiat orang pada umumnya. "Ahh ini bagian kehidupan, jalani saja" gumamku
Kami terdiam menikmati lagu kesukaan kami dari musisi Allfy Rev dengan judul Senja dan Pagi, selang beberapa detik dia memberanikan untuk menjawab "Entahlah, diantara tidak atau iya sebagai buah jawaban pasti. Dunia terlalu absurd bagi orang-orang berbeda seperti kita sayang. Dari sekian banyaknya manusia, kamulah yang mampu mengertiku dengan berbagai sikap yang ada dan aku menginginkan senja kali ini dapat membuat dunia tersenyum damai, terutama untuk orang-orang disekitar kita". Setelahnya dia menaruh tangan hangatnya di atas tanganku yang memang sedari tadi kedinginan memegang persneling mobil.
Aku tersenyum dan membalas "Aku beruntung memilikimu, setiap waktu dapat mendukungku dalam hal apapun, dari perjuanganku untuk mendapatkanmu, mendapatkan beberapa titel, mendapatkan pekerjaan sederhana dan tak pernah lelah disampingku. Semoga bahagiaku bahagiamu. Terima kasih atas 2 tahun ini".
Di luar senja telah tenggelam berganti langit malam, kulihat jam menunjukkan pukul 18.25, kuputuskan untuk keluar tol untuk menunaikan kewajiban shalat maghrib di masjid jalan Pantura. Setelah sampai kami turun dan mulai menunaikan kewajiban. aku lebih dulu selesai dari dia, aku seketika teringat akan rencana kejutan untuknya sebagai bentuk moodbooster atas hal yang telah terjadi. Kubuka dashboard mobil untuk mengambil satu kado kecil yang kucetak dan kutulis tadi siang. Kulihat di jendela mobil "Dia akan datang!" reflek aku mencoba tetap tenang seolah tidak terjadi apa-apa. Kusapa basa-basi "Sudah selesai ternyata, mari makan malam dulu aku sudah tahu kita sama-sama lapar. Kebetulan disamping masjid ada nasi goreng yang terkenal enak. Mari". Kataku sembari memasukkan kado ke saku jaket agar tak terlihat olehnya.
Sebelumnya kau harus tahu yang kutulis ialah apa yang pernah kutulis untuknya 3 tahun lalu yang ternyata masih disimpan sempurna olehmu, entah dengan maksud apa aku belum tahu. Kutulis ulang seperti ini "lalu semoga kau ditemukan dengan orang yang sudah muak berjuang dengan dirinya sendiri agar diakui dan bahkan aku masih berdiri tegap diatas egoku dengan bendera putih, yang siap ku kibarkan sewaktu-waktu ketika diperintahkan untuk mundur."
Komentar
Posting Komentar