"Diary Senja & Hujan"

 "Diary Senja & Hujan"

“Tiada yang menafikkan bahwa manusia suka bercerita dengan senja–hujan yang mampu mendamaikan sisi kehidupan"



waktu menunjukkan pukul 17:47 WIB

 “Mungkin kutanyakan kepada Tuhan nanti” kataku

Senja itu sebuah pertanyaan tersirat ketika hendak menuju masjid, mengingatkan (kembali) atas arti kesabaran, sebuah makna untuk menunduk, pasrah tak berdaya kepada Tuhan atas apa yang telah dan lantas akan terjadi. Teringat kata-kata dari budayawan kita Mbah Nun tentang manusia, bahwa hakikat manusia yang sesungguhnya adalah “manusia yang sudah selesai dengan dirinya sendiri”. Sementara diriku, dengan banyak ke’aku’annya seringkali hadir tanpa permisi dan menjadi sosok pemilih untuk sebuah keputusan, tanpa kebulatan penuh atas hak diriku yang lain.
Kini kita tak harus berdalih terus dengan kata dan alasan yang sama, kita cukup dengan terus menjaga parafrasa semangat dan mood baik sepanjang hari yang menjadikannya selaras dengan makna cinta. Hari-hari belakangan serasa deja vu untuk satu hal yang kuceritakan semalam, namun malam ini khususnya aku masih merasa sama, tak berbeda, hanya saja ada beberapa hal yang kembali hadir tuk menguatkan senyuman. Dia atau kalian memang begitu, tanpa menerima maaf dan memberi kasih agar diriku menguatkan kembali pundak dan do’a. Atau katamu “Hidup bebas memang mahal, ibarat emas di toko perhiasan yang manusia dambakan, namun barangkali hidupmu selama ini hanya menyoal eksistensi belum ke dalam substansi”.
Aku tak dilahirkan menjadi seperti khalayak umum memang menjadi bahan keunikan sendiri bagiku, mensosialisasikan kebaikan yang istimewa ini memang butuh lebih pemahaman. Bukan hanya sekedar mengenal bahwa aku berkepribadian introvert atau sering bertoleransi pada orang lain, ataupun ketika ada pilihan untuk memutar kembali lorong waktu tak tentu membuatku lebih baik, atau menerima bahwa aku memang masih menjadi pengecut untuk sebagian hujan di bumi ini. Semua ini menjadi bagian yang Tuhan hadirkan dengan cerita manis dan cinta humanis yang begitu analise dan klise.
Bergunalah untukku sebuah perjalanan yang terhambat ini, Tuhan mengkadokan begitu istimewa tuk sejarah manis nanti.. dan ketahuilah bahwa satu dari tiga narasi ini merupakan salah satu dari tujuh cerita awal diary harianku. Bukan mengapa, hanya saja aku ingin mengingatkan diriku sendiri untuk kembali menapaki jalan lama yang sangat lugu. Sebatas tapak taman kecil. Untuk kususuri  kupetik lantas kunikmati sebagai bunga yang telah kurawat dahulu. Memilah mencari sekuntum bunga yang terindah dan pantas untuk kita. Sebuah bunga yang takkan pernah layu walau ribuan purnama, lihatlah saja nanti kupetikkan untukmu.

Hidup ini sebenarnya mudah, mencoba mendekat kepada Tuhan, menyoal dirimu, berguna untuk orang di sekitarmu, dan selebihnya bersamailah untuk apapun. Termasuk pemberian dan keputusan hidup.



Komentar

Postingan Populer