"Untukmu, Sang Gadis dan Pohon Kehidupan"
"Kamu Cantik Sekali Hari Ini"
“Jika satu hal kebaikan bagi kemanusiaan masih kurang, tidakkah yang kurang itu –
Kemanusiaan itu sendiri?”
Oleh Aris Rasyid Setiadi
Kasih
Tertera 04.10, alarm hpku membangunkan. Kamu ikut bangun. Padahal, aku tahu kamu baru pukul 23.00, kamu bisa tidur setelah berjibaku dengan kerjanya, kerja rumah tangga, urusan malaikat kecil kita yang berumur dua bulanku, dan mengurusi aku sebagai suami. Belum lagi, pukul 01.30 terbangun untuk sebuah interupsi. Eh, rupanya kamu tak lupa menyetrika baju kantorku. Aku mandi dan shalat subuh. Kamu selesai pula menyelesaikan itu. Plus, satu setel pakaian kerjaku telah siap. Aku siap berangkat. Ah, ada yang tertinggal rupanya. Aku lupa memandang wajahmu pagi ini. "Wah kamu cantik sekali hari ini," kataku memuji.
Kamu tersenyum. "Mas tebak sudah berapa lama kita menikah?" Aku tergagap sebentar. Bingung. Lho kok nanya itu, hatiku membatin. Aku terdiam sebentar dan menghitung sebentar sudah berapa lama kami bersama. Karena, perasaanku baru kemarin aku datang ke rumahmu bersama kedua orangtuaku untuk meminangmu. "Lho, baru kemarin aku datang untuk meminta kamu jadi istriku dan aku nyatakan aku terima nikahnya dengan mas kawin sebagaimana tersebut tunai." Kataku cuek sembari mengaduk kopi hangat kesukaanku yang sudah dibuatkan olehnya. Kemunculan kafein dalam darahku memancing keluarnya hormon Noreophinephine. Entah karenanya atau apa, yang pasti aku merasa bersemangat, senang dan siap menghadapi hari.
Kamu tertawa. Wiih, manis sekali. Mungkin, bila kopi yang aku sruput tak perlu gula. Cukuplah memandang wajahmu dik. "Kita sudah satu tahun mas." Katanya memberikan tas kerjaku. "Aku berangkat ya. Assalamu'alaikum." kataku bergeming dari kalimat terakhir yang kamu katakan.
Aku tergesa. "Hati-hati di jalan." Sejatinya, aku ingin ngobrol terus. Sayang, Macetnya Banjarpolitan tak bisa menunggu dan pukul 7.00 tepat aku harus sudah menyapa pegawai seperti biasanya di lobi kantor.
Aku di jalan bersama sejumlah pertanyaan. Ada sesuatu yang hilang. Mungkinkah aku belum mencium keningmu dan malaikat kecilku? "Sepertinya benar dan aku lupa." Dan mungkin benar kata Dewa, "separuh napasku hilang saat kau tidak bersamaku." Kembali wajahmu menguntit seperti hantu. Hmm cantiknya istriku. Sayang. waktu tidak berpihak kepadaku untuk lebih lama menikmatinya.
Sekilas, ketika aku melempar pandanganku keluar melihat hijaunya pepohonan, bangunan dan manusia di perempatan dengan korannya. Ketika pendidikan menanamkan dan menyentuh ke hati untuk sebuah tekad menyempurnakan din. Bahwa Allah akan memberikan pertolongan. Bahwa rezeki akan datang walau tak dua lembar kerja kulakukan saat itu. Bahwa tak masalah menerapkan prinsip 3K (Kuliah, Kerja. Kawin).
Sungguh, kala itu kupikir hanya wanita bodoh saja yang mau menerimaku, seorang jejaka tanpa harapan dan masa depan. Tanpa kerja mapan, apalagi punya perusahaan. Tanpa deposito dan orang tua mapan. Tanpa selembar kerja ijazah magister yang saat itu sedang kukejar. Tanpa dukungan dari keluarga besar untuk menanggung biaya-biaya operasional.
Subhanallah, nekat sekali perempuan satu ini. Mau saja diajak berkelana tanpa bekal yang cukup oleh seorang laki-laki yang belum kenal betul. Aku bukan pacarmu. Dia juga bukan pacarku. Ibarat mengarungi lautan, kami hanya punya sampan.
Yang ada hanya sejumput kepercayaan untuk menyempurnakan din. Sayang, semakin hari berganti bulan dan tahun. Semakin hari pula aku merasakan betapa berharganya dirimu untukku. Kau tidak hanya cantik. Tapi lebih dari itu, Kau tegar. Kau mampu menjadi bahan bakar bagiku untuk selalu di jalan-Nya.
Maafkan bila selama ini aku berpikir itu tak bermanfaat. Aku memang terlalu rasional, kurang dimensi, pragmatis, statis dan realistis. Aku tahu kau selalu menyimpan kekecewaan. Untunglah kau bijak. Kekecewaan itu tak pernah membesar. Kamu selalu bisa mengembalikan semua keceriaan itu dengan senyuman dibalik lelah dan kesibukan. Doakan aku untuk bisa mengembalikan untukmu kepingan perhatian.
Istriku kamu cantik sekali pagi tadi. Selamat Ulang Tahun! maaf telat, macet di jalan.
Komentar
Posting Komentar