"Diary Senja & Hujan"

"Diary Senja & Hujan"
“Tiada yang menafikkan bahwa manusia suka bercerita dengan senja–hujan yang mampu mendamaikan sisi kehidupan"


Selamat pagi!! hari ini tertanggal 1 Agustus 2020, sabtu yang akan terasa begitu panjang bagiku. Mengingat bahwa aku adalah anak laki-laki kecil kesayangan ibu yang hari ini akan dibebaskan bermain ke manapun!! Tentunya dengan catatan, selama aku tak meminta lebih dari uang harian, sholat tepat waktu dan kembali pulang sebelum maghrib. Ya itu adalah segelintir peraturan tersirat untukku ketika ingin pergi dari istana kecil kami. Dan ngomong-ngomong aku sangat menikmati momen-momen seperti ini untuk lebih mengembangkan diri menjadi lebih baik, mungkin sebut saja aku boleh memanjakkan diri dengan panorama alam kota Dawet Ayu yang tiada duanya atau seperti biasanya aku lebih sering bermain ke rumah teman seperjuangan jaman putih abu-abu atau kuliahku. Aah memang hal yang sangat menyenangkan.
Eeh namun bukan hal ini yang ingin kuceritakan, melainkan sebuah pertanyaan yang datang begitu saja di satu waktu ketika dalam perjalanan senja kala itu. Pertanyaan tertuang ketika pergi dan melihat kilometer jalan kenangan yang membuat gejolak perasaan membisu rapuh.
Dunia tahu, bahwa engkau tak tahu. Atau aku tahu namun justru terdiam rasa malu. Rasanya memang dunia begitu aneh sekaligus lucu untuk manusia dengan model sepertiku. Begitu konyol, lucu, absurd, menegangkan, sukar ditebak dan sangat menyesakkan dada. Semacam roller coaster kehidupan yang seringkali kurasakan. Entah kenapa sang Senja petang tadi seolah menyampaikan pesan itu (lagi) kepadaku. Entah motifnya tak tahu, hanya saja yang pasti aku merasakannya sebagai sebuah bentuk ketulusan.
Sungguh! Begitu dalam bagaimana Tuhan memberi kasih kepada hambanya. Dia tahu bahwa aku malu, dia tahu bahwa kamu tak tahu dan menjadikan rasa sakit ini untukku saja yang sudah tahu. Tuhan tak ingin melukaimu, atau perasaaanku pun berkata sama, menjadikan dunia sepakat untuk menjagamu dari rasa luka yang pasti akan terjadi.
Kami begitu sangat menyayangimu melebihi apapun di dunia, karena kamu tidak pantas hidup di sini, tempat asalmu adalah Surga Firdaus di atas sana dengan ribuan malaikat yang seharusnya menjagamu. Tak terasa kembali meneteskan air mata entah yang keberapa tak sanggup kuhitung, teringat kuat hadiah pesta ulang tahunku lusa yang sudah kau berikan lalu dalam diary bersama kami, kuputuskan untuk berhenti di perempatan dengan angkringan pinggir jalan favorit kami, setelah memesan satu kopi hangat kukeluarkan buku diary dan kubuka halaman 366 hari yang bertuliskan :
"Jika ingin hidup bersamaku, maka hal pertama yang dilakukan adalah dengan radikal memahamkan dirimu sendiri seutuhnya. Setelahnya baru yang kau katakan, bahwa "kamu mampu memahamiku dalam kondisi seburuk apapun". Tertanda Kekasihmu


Komentar

Postingan Populer