"Diary Senja & Hujan"

"Diary Senja & Hujan"
“Tiada yang menafikkan bahwa manusia suka bercerita dengan senja–hujan yang mampu mendamaikan sisi kehidupan"


Kami saling berpelukan seakan inilah pesan Tuhan yang dimaksudku sebelumnya. Sebuah pesan bagaimana menyoal kita sebagai sepasang manusia yang saling mengucapkan kasih sayang dan membersamai dari permasalahan yang ada sampai bagaimana mampu melihat betapa berharganya hidup berdasar apa itu keikhlasan dan kebahagiaan sejati.

Setelah momen-momen menguras batin ini, tentunya kami berdua menjadi lebih berdamai dengan keadaan, terkhususnya dia, sang Senjaku. Kulihat dia seringkali tersenyum disela-sela sarapan sederhana kami. 
"Entah akan kusimpan dimana kado ini, aku begitu bingung mas?" tanyanya
lantas dengan wajah bingung kutanya balik "bukannya di kamar atau lemari khusus seperti biasanya?"
"bukan itu yang kumaksud, di hatiku ini sudah penuh akan cinta dan kenangan-kenangan kita mas" katanya dengan guyonan lucu
"hmm, aya-aya wae mah, yaa disimpen di lantai dua rumah hatimu itu, aku rasa masih ada satu kamar yang kosong disitu haha" kataku

Setelah sarapan, aku duduk di ruang tamu sembari mencari buku favoritku dengan genre politik maupun filsafat yang hampir memenuhi rak-rak di dinding samping kananku ini. Kulihat ada beberapa buku tentang bagaimana menjalani hidup yang baik, entah itu milikku atau bukan, aku belum pernah membelinya.
Lima menit kemudian, istriku datang membawa dua cangkir, satu kopi dan satu teh hangat. Aah dia begitu tahu saja waktu kapan aku butuh secangkir kopi. "Terima kasih yaa"
"Ohya apakah beberapa buku di sana itu milikmu ya sayang?"
"Ooh yang itu, hhe iya punyaku, aku baru saja membelinya dua minggu lalu saat aku di Yogyakarta"
"hmm, sangat menarik, sudah membacanya belum? sudah berapa halaman atau bab?"
"Sudah, sejauh ini baru 5 dari 12 bab, semuanya menarik untuk kita ketahui bersama sayang"
"Sungguh? baiklah tak kubaca saat sedikit lebih santai seperti ini. hhe"


Setelahnya, kami bersama-sama menghabiskan waktu sampai menjelang siang di ruang estetik ini dengan berbagai tema pembicaraan. Rencananya malam nanti kami akan makan malam diluar, entah kenapa dia Senjaku terus membujuk untuk makan malam, katanya ingin suasana yang berbeda saja. Baiklah tanpa pikir panjang kuiyakan saja.

Komentar

Postingan Populer