"Diary Senja & Hujan"
Telah kuputuskan bahwa
tak ada kaleidoskop atau daftar harapan seperti kemarin. Sebagai manusia lemah,
kutahu bahwa aku akan menjalani dengan lebih atas apa yang terlihat dan
kuinginkan. Karena kutahu aku sepenuhnya belum tahu tentang kehidupan. Kini
kupegang katamu, kita jalani saja.
Selamat menua tahun baru,
2 Januari 2021
Beberapa
waktu berlalu, harapan-harapan kala itu perlahan semakin terlupakan dengan
sendirinya, hilang berganti dengan kabar duka mendalam dari berbagai belahan
bumi pertiwi, entah banjir yang semakin meluas, tanah longsor, pesawat jatuh,
jembatan rel kereta api yang patah dan bencana non alam pandemi yang sangat
membawa dampak luar biasa. Kita sepakat secara tidak langsung bahwa alam memang
sedang menangis, menangis tak tahan dengan sayatan-sayatan yang semakin terasa
dari para manusia serakah yang mengatasnamakan kemajuan atas kemakmuran di kota-kota sana.
Sementara
aku hanya bisa duduk dan melihat sliweran berita ini sepanjang waktu, entah
dalam headnews berita, entah di radio, koran cetak maupun notif di gawai. Semua
seperti kompak membawa kabar yang tak baik ini sembari menyeruput sisa kopi
semalam. Haha manusia macam apa aku ini?
Silau,
siang datang mengetuk sisi mataku, tersadar sudah ada notif whatsapp
masuk. Kulihat sejenak “wah dari partner cabangku, tumben dia chat? Ada apa
memang?” hatiku bertanya-tanya.
Satu waktu dan berakhirlah percakapan kami dan dengan sedikit rasa tak enak aku mengiyakan untuk sedikit membantunya dalam beberapa hari untuk organisasi yang kita bersamai di tahun kedua ini. Hufft bagaimana aku? Apakah aku harus lebih semangat atau justru sedikit terbebani?
Malam datang dan kebetulan sudah
berjanjian dengan teman di pinggir kota, yaa walaupun hanya duduk dan
membicarakan ini-itu sampai kini-nanti kadangkala tak jelas. Haha. But, i think
that’s more than this. Inilah yang mendewasakan pemikiran kita sampai sekarang
dan akan terus berlanjut. Sampai dimana pada titik-titik garis hidup kita merasa
yakin atas keresahan sekaligus hal-hal yang perlu kita capai sebagai manusia, dalam setiap malam sebaiknya kita mengevaluasi dan
berdialog dengan diri sendiri sebelum tidur atau saat kita dalam perjalanan pulang. Itu
waktu yang tenang bukan? Ini sebuah hal sederhana yang seringkali terlupakan
karena kesibukan akan rutinitas yang mampu menutup dialog terhadap diri kita
sendiri.
Begitupun hal tersebut berlaku dalam sebuah hubungan. Seringkali kita terlalu menuntut dalam berbagai bentuk namun khilaf akan memantaskan diri sendiri. Ini ibarat sebuah gembok yang perlu kita buka bersama dengan kata mutual respect.
Masih ingat bukan aku mengatakan “Aku punya banyak teori tentang hidup, namun
semuanya seakan patah tak ada ketika dihadapkan dengan manusia”
Soal
teori kita sudah ribuan bahkan sampai ratusan ribu teori tentang hidup dan kita tentu sepaket. Namun, ya itulah aku dan kita terkadang, bahkan mungkin seringkali
terhadapmu dan yang orang lain. Hal terbaik adalah selalu mencoba mengingat setiap hari tentang
prinsip hidup dan menguatkan dengan berbagai cara terus dilakukan, menjadikan
lebih ada tambahan waktu untuk sekedar tersenyum tertawa atas guyonan kehidupan
yang ada.
Yg pasti jalani saja.. Benar bukan? yaa setidaknya berlaku untuk saat ini dan bertahanlah untuk nanti
Komentar
Posting Komentar