"Diary Senja & Hujan"
Soal teori kita sudah punya puluhan sampai ratusan ribu teori tentang kehidupan. Namun itulah kita terkadang, bahkan mungkin seringkali terhadap orang lain. Mencoba selalu mengingat sebagai prinsip hidup dan saling menguatkan dengan berbagai luka dan cerita adalah hal mutlak satu proses penderitaan.
Terhitung mulai kemarin kita sepakat secara tidak langsung dalam membersamai masing-masing untuk mulai berjuang dalam permulaan yang sangat sederhana.
Menjalani sisa-sisa hidup memang sangat menyenangkan, ya sangat menyenangkan untuk mental kita dalam menyikapi berbagai hal. Menjadi menarik apakah hal-hal kemapanan dan pikiran yang lawas menjadi salah satu bentuk penghambat kekritisan manusia sehingga semakin terpendam dan menjadi pragmatis? Pendukung ‘bodoh’ lainnya berkaitan dengan manajemen diri yang begitu banyak pikiran bercabang yang tak arang membutuhkan banyak tenaga yang sedikit terasa sia-sia. Entahlah semacam permasalahan klasik yang sudah menjadi budaya yang memang susah untuk dihilangkan seutuhnya. Kurasa..
Senja
Dengan segala kenangan buruk dan lara penderitaan menjadi titik kelemahan inti kuharap dunia tahu bahwa aku sangat lemah dari kedua hal psikis tersebut. Berefek diam, pergi tanpa arah atau menarik diri ke dalam kamar lantas menangis diam secara perlahan. Atau ketika setiap dalam perjalanan terlebih saat malam selalu teringat wajah tua dari ayah dan semakin memanjang kerutan dahi di rupa ibu sangat menjadikanku sadar memang harus mulai berubah saat ini juga. Lantas itulah mengapa setiap pagi aku selalu bermunajat memohon ampunan kepada Tuhan atas kebaikan mereka dan Engkau yang seringkali terabaikan. Sebagai manusia lemah aku merasa sangat jauh dari diriku sendiri. I’m too bad, too bad maybe for everything and everywhere of all situasions. Bodoh.. aku begitu bodoh dan lemah.. baiknya tampar saja aku Tuhan! Maafkan hambamu ini.
Heei manusia lemah apakah pernah terpikirkan bagaimana langkah kecil maupun besar dalam kehidupan nanti pasca mendapatkan gelar sarjana bulan April nanti? Dimana aku mempunyai kedua orangtua yang begitu tulus sehingga tetap menganggap aku sebagai anak kecilnya sampai sekarang? maupun ketika melihat kenyataan bahwa aku adalah anak pertama dan mempunyai seorang adik kecil yang begitu cengeng dan pemalu sepertiku dulu yang mau tidak mau nanti menjadi tanggung jawabku minimal dua tahun mendatang, atau hal lain yang telah tertulis dalam draft mimpi-mimpi sejauh ini, salah satunya termasuk dengan hadirnya dirimu dalam salah satu mimpi sakralku nanti. Hadirmu dan mereka spesial, sangat spesial dimana bisa perlahan menguatkan kembali optimis diri, mengingatkan selalu atas prinsip hidup yang kita sama-sama tahu dan terus mencoba melakukannya sepanjang waktu.
Ngomong-ngomong 3 bulan kedepan yang sangat menentukan, kita perlahan punya rencana maupun project sederhana bukan?
Kuatkan derita, dan aku tahu kita bisa
Bersamai sayang. Untuk Ayah, Ibu dan Dirimu
Tanpa kata dan cerita kita bukan apa-apa
Tanpa melangkah dan berkeluh kesah kita tak punya apa-apa
Tanpa Tuhan, tak sekalipun menderita atas nama cinta
Komentar
Posting Komentar