"Diary Senja & Hujan"
"Diary Senja & Hujan"
“Tiada yang menafikkan bahwa manusia suka bercerita dengan senja–hujan yang mampu mendamaikan sisi kehidupan"
374 hari sudah kami berjalan menyusuri kepercayaan bahwa kami diciptakan untuk bersama oleh Tuhan. Detik demi menit bertabur bumbu-bumbu kemesraan "kedewasaan" cinta, entah aku diam selama 24 jam darimu, entah kamu begitu cueknya di kolom chat, atau kami saling membalikkan badan acuh tak acuh selama satu waktu, semua ini menjadi kado yang dihadiahkan Tuhan sebegitu mesranya berharap kami mampu mengenal diri lebih baik, istilahnya benar katamu malam lalu "Permasalahan kita ini baiknya membuat kita semakin dewasa satu sama lain, bukan sekedar untukmu atau aku, namun juga untuk siapapun."
Tersentak diam dan fikiranku mencoba mengambil alih agar merenungkan katamu tadi, memulai berpikir sejernih mungkin dan menghasilkan hipotesa-hipotesa random, salah satunya bahwa aku belumlah melibatkan diri sendiri untuk benar-benar mencintaimu? atau mungkin dunia belumlah kubersamai untuk benar-benar menyayangimu? entahlah kedua hipotesa ini terus menguap di kepalaku yang pasti.
Menjadi teringat, satu momen masa polos SMK dulu, masa-masa dimana cinta monyet dan cinta segitiga selalu ramai dalam pasaran setiap angkatan dan hanya ada beberapa saja yang benar-benar menunjukkan komitmen cinta konyolnya. Entahlah, mungkin namanya juga dalam usia pencarian jati diri yang mayoritas berbalut gengsi fana atau justru sekedar mencari eksistensi semata.
Momen ini bermula selasa pagi ketika masih berbaju putih abu-abu, lonceng istirahat pun datang dan aku tak sengaja melihatmu duduk di taman bersama buku pengantar akuntansi kesayanganmu. Aah terlihat lebih cantik saja dirimu. Bagai bidadari tak bersayap yang tak jenuh membaca kitab suci berisi ribuan petuah merawat kecantikan hati. Dunia tahu, luluh seketika hati ini, perlahan aku sadar bahwa aku sudah menaruh hati disampingmu. Ingin sepenuh hati memiliki namun sadar bahwa aku adalah anak bawang yang tak setenar atau setampan Romeo dalam kisah legendarisnya. Terlebih lagi santer terdengar bahwa kamu sedang kasmaran atau ada beberapa anak kelas sebelah yang berdesakan antri menunggumu, akhirnya menjadi pupus saja harapan-harapan langitku.
Tentunya semua ini menjadi sebuah permasalahan bagiku untuk mendapatkanmu, bodohnya baru tersadar sekarang bahwa serentetan mozaik tadi adalah bumbu-bumbu kedewasaan cinta yang ditaburkan Tuhan untukku agar aku berjuang sedemikian rupa untuk mendapatkan gadis impian Entahlah, namun yang pasti Tuhan begitu romantis padaku, mematahkan hati pada seseorang yang pertama kali merasakan apa itu jatuh cinta. Imbasnya sangat positif untuk kami, kami lebih bijak dalam mengambil keputusan, mampu memahami kekurangan pasangan, saling memaklumi bahwa setiap hari tak harus selalu ada kabar, atau setiap akhir minggu harus selalu bertemu. Sungguh hipotesa-hipotesa di atas telah menjadi absurd atau dengan kata lain sudah diketok palu bahwa "Permasalahan kita ini baiknya membuat kita semakin dewasa satu sama lain, bukan sekedar untukmu atau aku, namun juga untuk siapapun" ataupun kami diciptakan oleh Tuhan untuk saling mencintai hingga akhir hayat nanti.
Komentar
Posting Komentar